tag:blogger.com,1999:blog-31807340861500761492024-02-08T09:20:48.709+07:00sesendurinduAndra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.comBlogger37125tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-28101799436643348882013-05-06T21:43:00.002+07:002013-05-06T21:43:32.414+07:00Say Cheese! Welcome Customers~<br />
Hay, Guls..<br />
Are you guys feel so bored with your Fashion style?<br />
Looking for limited stuff and clothes? <br />
<b>SayCheese</b> reserved handmade and import clothes.<br />
Check their collection on <a href="http://officialsaycheese.blogspot.com/" target="_blank">http://officialsaycheese.blogspot.com/</a><br />
They will never disappointing you, Guys<br />
<br />
<span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 0px; -webkit-border-vertical-spacing: 0px; -webkit-text-decorations-in-effect: none; -webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #444444; border-collapse: separate; color: white; font-family: Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 18px; orphans: 2; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span>Happy Shopping <span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 0px; -webkit-border-vertical-spacing: 0px; -webkit-text-decorations-in-effect: none; -webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #444444; border-collapse: separate; color: white; font-family: Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 18px; orphans: 2; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;">♥♥♥</span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 0px; -webkit-border-vertical-spacing: 0px; -webkit-text-decorations-in-effect: none; -webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #444444; border-collapse: separate; color: white; font-family: Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 18px; orphans: 2; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span><span class="Apple-style-span" style="-webkit-border-horizontal-spacing: 0px; -webkit-border-vertical-spacing: 0px; -webkit-text-decorations-in-effect: none; -webkit-text-size-adjust: auto; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: #444444; border-collapse: separate; color: white; font-family: Arial, Verdana, sans-serif; font-size: 14px; font-style: normal; font-variant: normal; font-weight: normal; letter-spacing: normal; line-height: 18px; orphans: 2; text-align: center; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px;"></span>
Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-17005128172028398242013-01-25T17:07:00.004+07:002013-01-25T17:12:32.938+07:0018 Untukmu<br />
Rentang waktu<br />
terkadang membuat kita lupa<br />
bahwa kita semakin dewasa<br />
bahwa 18 telah kau sanding sekarang<br />
<br />
Semoga di 18-mu<br />
Tuhan senantiasa mengutus 18 malaikatnya untuk menjagamu<br />
sehingga saat kesakitan datang, kau bisa hadapi<br />
dan kembali berdiri meskipun tanpa satu kakimu<br />
karena aku sadari aku tak bisa menjagamu seutuhnya<br />
meskipun aku berusaha untuk seperti itu..<br />
<br />
Melangkah di 18 adalah gentar bagimu<br />
saat sebuah ritual dirayakan<br />
bersama dengan nyala lilin dan doa-doa yang senantiasa terucap,<br />
bercerita tentang kebahagiaan yang kelak kan kau kecap.<br />
<br />
Doa-doamu adalah sebuah pena,<br />
dan hidupmu adalah kertas gambar.<br />
Melalui itu, buatlah cerita indahmu<br />
yang kelak akan Tuhan kabulkan dalam hidupmu.<br />
<br />
Selamat ulang tahun,<br />
Tak banyak yang mampu kukatakan<br />
hanya bait puisi ini yang mampu kuhadiahkan.<br />
Semoga baitnya menjadi sebuah pengingat,<br />
bahwa aku selalu ada untukmu, sahabat.<br />
<br />
<br />
<span class="short_text" id="result_box" lang="en"><span class="hps">Dedicated fo</span></span>r <b>Dika Dewita</b><br />
"...Maaf, bagaimana aku bisa memberimu kado terbaik, jika kamu sendiri adalah hadiah terindah di bumi?..."<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, 25 Januari 2013)</span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-54237865486921588892013-01-22T19:31:00.002+07:002013-01-22T19:31:49.594+07:00Aku Hanya Ingin Memelukmu<br />
Aku hanya ingin memelukmu,<br />
tanpa peduli sesakit apa pecahan hati<br />
yang masih menempel didirimu.<br />
<br />
Aku hanya ingin memelukmu,<br />
tanpa memikirkan sebanyak apa serpihan hati<br />
yang harus aku rakit kembali untukmu.<br />
<br />
Aku hanya ingin memelukmu,<br />
tanpa memusingkan sesulit apa menyembuhkan luka hati<br />
yang terlalu parah tersemai didirimu.<br />
<br />
Aku hanya ingin memelukmu,<br />
menjadi perisai apabila duka menyerangmu tanpa ampun<br />
dan dengan beringas mengoyak pertahanan hatimu, seperti dulu... <br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, Januari 2013)</span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-20172786111394868702013-01-22T19:22:00.001+07:002013-01-22T19:22:46.930+07:00Ke-ada-anmu Yang Tak NyataTatap matamu yang teduh,<br />
adalah alasan mengapa mata ini enggan untuk berpaling.<br />
Membekukanku pada setiap laku,<br />
membisukan segala yang gaduh.<br />
<br />
Engkau adalah rasa,<br />
yang hidup dan tumbuh dilipatan hati yang sulit kujangkau<br />
pada celah-celah nadi dan mengalir selancar aliran darah<br />
pada sela-sela ingatan yang tak mampu untuk kuhapuskan.<br />
<br />
Sekarang, setelah banyak waktu terlewatkan<br />
tanpa ke-ada-anmu yang tak nyata disisi<br />
dan aku mulai terbiasa dengan ini,<br />
dengan satu rasa yang tumbuh dan bertahan dalam ketidaktahuan.<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, Januari 2013) </span><br />
<br />
<br />Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-53261801608798155312012-12-30T09:22:00.000+07:002013-01-03T08:46:34.459+07:00Tak Lagi 'Aku dan Kamu'<br />
Siapa yang benar-benar bisa memperkirakan kebahagiaan seseorang?<br />
Semisal itu aku, akan kupastikan kitalah satu yang kubiarkan tetap utuh.<br />
Tapi siapa pula yang benar-benar bisa memperkiraan datangnya perpisahan?<br />
Yang kuharap itu bukan aku,<br />
malah berbalik menyerangku dengan kehilangan.<br />
Sayang, ia berhasil mengendus keberadaanku,<br />
dan siap mencerai-berai kenangan kita.<br />
<br />
Kehilangan memisahkan kita yang pernah merasa tak berbeda,<br />
dan mempersatukan aku pada air mata yang seringkali jatuh tanpa sebab.<br />
Sekarang, setelah sekian banyak pertanyaan kulontarkan<br />
tak ada satupun penjelasan atau sekedar jawaban yang kau cecar dari bibirmu.<br />
Sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari.<br />
Kepastian menjadi bungkam,<br />
harapanku pun ikut memudar<br />
ketiadaanmu menjadi ngengah hampa<br />
Aku menyerah....<br />
Aku lelah memperjuangkan kita yang tak lagi 'Aku dan Kamu'<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, Desember 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-24356997979799063182012-12-27T21:41:00.000+07:002012-12-30T09:54:29.670+07:00Tak Sepadan<b><i>Yang aku takutkan, adalah bahkan di mimpiku aku tetap tak bisa memelukmu...</i></b><br />
<br />
<br />
Aku menerka-nerka apa alasan dari gelak tawamu<br />
yang kucuri dengar dari balik punggung seorang anak pembatas aku dan kamu..<br />
<br />
Ah, seandainya bisa, aku lebih memilih sama sekali tak mengenalmu<br />
dari pada mengenal namun tak memilikimu<br />
<br />
Sebut aku ini egois,<br />
Karena jika menyangkut kamu, semua logikaku ini lolos dari akalnya<br />
<br />
Aku dan kamu..<br />
Menatap senja itu yang seharusnya ada kita,<br />
Bukan aku yang tenggelam atau kamu yang datang <br />
Itu semua karena kita tak sepadan..<br />
<br />
Hatimu dan jiwa yang ada didalamnya<br />
Adalah peradaban yang sulit untuk dipahami bangunannya,<br />
Sekalipun itu oleh aku..<br />
<br />
Aku ingin jadi alasan,<br />
Dibalik merekahnya senyum dari bibirmu<br />
Menyeruaknya gelak tawamu dari pita suaramu<br />
Atau bahkan mengalirnya tangis dari kedua matamu<br />
<br />
Sampai kapan kamu akan menutup mata dan telinga<br />
Menampik sebuah kenyataan bahwa kamu kucinta.<br />
Sehebat apapun engkau bertahan dalam kepura-puraan<br />
Tak akan sekalipun mematahkan niatku.<br />
<br />
Padahal untuk mencintaimu, itu adalah hal yang mudah. <br />
tapi untuk menjadi apa yang pantas kamu cintai, itulah hal yang sedang kuperjuangkan<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, Desember 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-19104771838000222132012-11-23T11:13:00.002+07:002012-11-23T11:14:27.627+07:00Jika Sampai Waktuku<br />
Engkau tak perlu menanyakan kabar,<br />
karena akan kupastikan bahwa cinta baik saja.<br />
Ia masih kerap memperhatikanmu<br />
sesekali melantunkan namamu,<br />
Ia juga menyediakan lahan kosong untuk dirimu tempati.<br />
<br />
Jangan..<br />
Jangan bersembunyi,<br />
karena waktuku ini tak banyak,<br />
mungkin sudah terlalu lama kuhabiskan untuk berdiam diri.<br />
<br />
Aku manusia biasa,<br />
yang enggan kehilangan sebelum sempat memiliki, wajar.<br />
Setidaknya dengan ini ada sedikit kebahagiaan<br />
yang bisa kusimpan dan kujadikan bekalku kelak.<br />
<br />
Maka,<br />
sebelum nafas ini putus dan hilang hembusnya,<br />
sebelum jiwa ini terbang dan bercerai dengan raganya..<br />
Aku akan syukuri detik demi detik waktu untuk melihatmu dari kejauhan<br />
Aku akan habiskan detik demi detik waktu untuk mendoakanmu lebih lama<br />
Karena jika sampai waktuku, aku ingin kau tahu<br />
bahwa aku pernah mencintaimu dalam keterbatasan waktu<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, November 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-44017747884410701222012-10-15T17:10:00.001+07:002012-11-23T11:14:08.632+07:00HujanAwan menggelayut di ufuk yg biasanya berwarna biru..<br />
kian lama berjelaga menjingga.<br />
Jangan mendung,<br />
Jangan tenggelam dulu, matahari.. <br />
disini sedikit lagi, sebelum hujan datang bercerita<br />
<br />
Hujan...<br />
melalui tetes demi tetes air yang awan jatuhkan satu-satu dari tubuhnya<br />
Dia pun mulai bercerita,<br />
mengenai caranya turun untuk menenangkan bumi yg panas,<br />
menumbuhkan segala yg mati dan memberi rasa nyaman dihati.<br />
Rintik-rintik yang jatuh menghantam daratan, lalu hilang entah kemana<br />
Hujan, dia adalah iringan hembus nafas alam nan sempurna<br />
walau basah dan petir menyambar tapi percayalah..itu semua indah <br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, Oktober 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-46292170360024585012012-09-30T17:39:00.002+07:002012-09-30T17:40:22.966+07:00Sudahi Sampai Disini<i>Syarat mencintai diam-diam, resiko mencintai tanpa dicintai.</i><br />
<br />
Apakah engkau tak lelah<br />
memerdekakan kepura-puraan yang tak lelah ku telaah.<br />
Demi setumpuk harga diri<br />
yang tak mungkin kau bawa mati.<br />
<br />
"Sejatinya cinta adalah bermakna ganda yaitu mencintai dan dicintai<br />
melebihkan apa yang kekurangan dan mengurangi apa yang kelebihan."<br />
<br />
Bukan yang seperti ini,<br />
yang kuikrarkan selama ini.<br />
Aku yang semakin cinta <br />
dan engkau yang semakin abai.<br />
<br />
Engku adalah udara,<br />
kubutuhkan dalam hidup<br />
tapi enggan untuk kuhirup.<br />
Engkau adalah sepotong sajak <br />
yang kurangkai seorang diri<br />
menggambarkan segala apa yang terlewat sepi.<br />
<br />
Padahal aku ingin lebih sekedar ingin,<br />
Tapi tatapanmu melucuti semua harapanku<br />
Seolah berkata "Sudahi sampai ini.."<br />
Apakah ini resiko dari mencintai tapi tanpa dicintai?<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-60649839809195538532012-09-30T12:44:00.000+07:002012-09-30T12:45:00.429+07:00Para Pengiba Doa TuhanKala malam,<br />
para pengiba mulai mengadahkan tangan<br />
dalam sujud maupun berlutut,<br />
lantunan doa mulai terdengar<br />
dari bibir yang membiru<br />
dan kecapan lidah yang kelu<br />
<br />
Berterbanganlah takdir yang mentah itu<br />
seolah tahu betul dimana singgasana Tuhan-mu,<br />
menjelma dalam kalbu serupa debu<br />
yang terhirup karena tak tahu<br />
<br />
Doa itu, takdir mentah itu berhasil dituai<br />
dan siap dipanen oleh para pengiba yang setia menunggu,<br />
mematahkan segala pilu yang dahulu membelenggu<br />
<br />
Berbahagialah para pengiba<br />
karena Tuhan-mu memang benar mendengarmu.<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) </span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-47926929074266850302012-09-28T15:56:00.001+07:002012-09-30T17:39:44.948+07:00Dalam Diam Aku Bercerita<br />
Dalam diam, aku mencoba menterjemahkan<br />
ratusan rasa yang tak terungkap kata<br />
tangisan pilu yang tercekat dan terdengar ngilu<br />
suka yan tersimpan pada selip-selipan luka<br />
rindu yang tak mampu kuloloskan dalam laku<br />
atau bahkan cinta yang tak kasat oleh mata<br />
<br />
Rupanya, tak selamanya diam adalah mati<br />
dengan diam aku menyulam berbait-bait doa yang kerap kulantunkan kala malam<br />
berlipat-lipat harap yang kusimpan rapat-rapat yang kelak bisa bersama kita ikat<br />
<br />
Dengan diam,<br />
aku menghidupkanmu melalui isyarat<br />
yang aku hembuskan serupa deru nafas satu-satu<br />
melalui linang air mata yang berjatuhan dari kawah-kawah mataku<br />
melalui kabar yan kubisikan pada angin lalu disampaikan berupa angan.<br />
<br />
Diam tidak berarti mati,<br />
karena dalam diam aku bercerita pada Tuhan tentang aku dan kamu--kita yang tak akan pernah mati.<br />
<br />
<br />
<span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) </span><br />
<br />
<br />
<br />Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-64456860862941357032012-09-20T15:09:00.002+07:002013-01-22T19:40:26.104+07:00Aku Berikrar Pada Harapan<!--[if gte mso 9]><xml>
<w:WordDocument>
<w:View>Normal</w:View>
<w:Zoom>0</w:Zoom>
<w:TrackMoves/>
<w:TrackFormatting/>
<w:PunctuationKerning/>
<w:ValidateAgainstSchemas/>
<w:SaveIfXMLInvalid>false</w:SaveIfXMLInvalid>
<w:IgnoreMixedContent>false</w:IgnoreMixedContent>
<w:AlwaysShowPlaceholderText>false</w:AlwaysShowPlaceholderText>
<w:DoNotPromoteQF/>
<w:LidThemeOther>EN-US</w:LidThemeOther>
<w:LidThemeAsian>X-NONE</w:LidThemeAsian>
<w:LidThemeComplexScript>X-NONE</w:LidThemeComplexScript>
<w:Compatibility>
<w:BreakWrappedTables/>
<w:SnapToGridInCell/>
<w:WrapTextWithPunct/>
<w:UseAsianBreakRules/>
<w:DontGrowAutofit/>
<w:SplitPgBreakAndParaMark/>
<w:DontVertAlignCellWithSp/>
<w:DontBreakConstrainedForcedTables/>
<w:DontVertAlignInTxbx/>
<w:Word11KerningPairs/>
<w:CachedColBalance/>
</w:Compatibility>
<w:BrowserLevel>MicrosoftInternetExplorer4</w:BrowserLevel>
<m:mathPr>
<m:mathFont m:val="Cambria Math"/>
<m:brkBin m:val="before"/>
<m:brkBinSub m:val="--"/>
<m:smallFrac m:val="off"/>
<m:dispDef/>
<m:lMargin m:val="0"/>
<m:rMargin m:val="0"/>
<m:defJc m:val="centerGroup"/>
<m:wrapIndent m:val="1440"/>
<m:intLim m:val="subSup"/>
<m:naryLim m:val="undOvr"/>
</m:mathPr></w:WordDocument>
</xml><![endif]-->
<br />
<span style="font-size: small;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">-<span style="font-size: small;">-- Padamu kutanamkan harapan, yang nantinya bukan untuk kau jadikan tangisan..<br /><br />Untuk kesekian kali aku berharap<br />pada hati yang telah kuikat dengan ribuan rasa<br />aku tahu dulu rasa ini muncul bertahap<br />menampik benci hingga sama sekali tak bersisa<br /><br />tapi entah sejak kapan rasa ini menjadi kebal<br />seberapa kuat aku menyangkal<br />mereka tetap saja bebal<br /><br />aku menerka-nerka apa yang kau perbuat <br />hingga rasa dihatiku ini makin melekat<br />dan akar harapan padamu makin menguat<br /><br />aku tahu, aku hanya orang asing bagimu<br />yang seenaknya merangkai angan-angan indah tentangmu<br />tapi tidak bolehkah aku sedikit mendamba bahagia?<br />bahagia yang tidak akan kudapati di dunia nyata<br /><br />kau tahu apa yang membuatku tetap bertahan?<br />karena aku telah berikrar untuk berpegang teguh pada harapan<br />harapan yang jauh hari aku tanam di ladang hatimu<br /><br />aku masih menunggu..<br />menunggu tumbuhnya benih dari harap yang kupendam<br />akankah mereka menjadi bahagia yang kelak kugenggam<br />ataukah menjadi rasa yang hanya bisa bungkam?<br /><br /><br /><br />(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) </span></span></span><br />
<span class="Apple-style-span" style="font-size: x-small;"><b><span class="Apple-style-span" style="font-family: 'Helvetica Neue', Arial, Helvetica, sans-serif;"></span></b></span>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-37766847682619886552012-09-06T18:10:00.000+07:002012-09-20T15:16:27.967+07:00Aku Terlambat Menyadari<br />
--- Aku tidak menyesali kata<b> pernah</b>, aku menyesal belum sempat berkata <b>pernah</b>...<br />
<br />
Semestinya, kita sempat untuk berbahagia<br />
Terlepas dari ketidak tahuanmu, kita adalah bagian dari setitik harap<br />
Yang tak sempat tumbuh dan mati sebelum disirami<br />
<br />
Dari dalam diriku ini,<br />
ada satu rasa yang terlambat menempatkan diri<br />
Sehingga aku tak jua menyadari bahwa rasaku ini adalah apa yang selama ini kau cari<br />
Lihatlah....Sekarang mereka menjelma menjadi benci<br />
Benci, karena kau pergi sebelum aku menyadari...<br />
<br />
Rasanya seperti kehilangan mainan yang dirampas paksa<br />
sebelum aku selesai memainkannya<br />
Seperti menulis sajak-sajak pada sesobek kertas<br />
lalu terbakar hangus dimamah oleh jaman<br />
<br />
Maka sebelum menghapus aku dalam ingatan,<br />
Sebelum aku semakin memudar dan kita tak lagi aku dan kamu<br />
Maka sebelum itu, berbaliklah...<br />
Tengoklah kesini, pahami gerak bibirku dan dengar apa yang kubisikan<br />
"....Aku pernah mencintaimu kemarin, begitupula hari ini dan esok hari...."<br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-60220565327144321532012-08-27T20:26:00.001+07:002012-09-06T18:10:57.930+07:00Aku Hanya Bisa Diam<b>—Aku memang hanya diam. Tapi ketahuilah, diamku bukan berarti aku baik-baik saja…</b><br />
<br />
Aku hanya bisa diam,<br />
Bersembunyi dibalik malam.<br />
Saat matahari mulai tenggelam<br />
dan dinginnya malam seolah menikam<br />
<br />
Aku hanya bisa diam<br />
ketika rindu mulai menggerogotiku<br />
dan sepi mengkoyak pertahananku<br />
<br />
Aku hanya bisa diam<br />
ketika tau ada kebohongan diantara cinta kita<br />
dan engkau adalah pengkhianatnya.<br />
<br />
Aku hanya bisa diam<br />
ketika mereka menghujatku<br />
meneriakiku sebagai pecundang<br />
karena terlanjur menyerahkan diri padamu<br />
<br />
Aku hanya bisa diam<br />
ketika engkau lebih memilih pergi<br />
dan menyisakan luka yg tak dapat kuobati sendiri<br />
<br />
Aku hanya bisa diam<br />
ketika sadar betapa bodohnya aku<br />
yang terus memilih diam ketika engkau sakiti<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012) Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-36782599441554300962012-08-20T20:16:00.001+07:002012-08-27T19:56:17.225+07:00Hari Terbaikmu, Ibu : Surat ketigaUntuk : Ibu<br />
<br />
Ibu, pernahkah engkau berpikir bahwa aku ini seperti tokoh-tokoh antagonis dalam<br />
sinetron televisi yang durhaka pada orangtuanya?<br />
Aku tau engkau tau mengapa aku menanyakan ini.<br />
Iya, aku anakmu lupa pada hari terbaik dalam hidupmu - ulang tahunmu.<br />
Maka maafkan aku,bu. Barangkali jutaan maaf tak cukup mampu gambarkan rasa bersalah ini padamu.<br />
Berkali-kali maaf kulontarkan dari bibirku, tak henti-henti air mata kuloloskan dari pelupuk mataku.<br />
Tapi rasa bersalah masih terus ada dan bersarang di hatiku.<br />
Aku tau engkau kecewa, tapi pintu maaf selalu kau bukakan dengan ikhlas untukku.<br />
Tahu kah,bu? Ke-tidak apa apa-anmu itu malah membuatku makin mengutuki diriku<br />
Ibu, aku bertanya-tanya apakah yang menyusun hatimu itu.<br />
Mungkin hanya tumpukan kasih sayang, jutaan doa dan rasa ikhlas yang tanpa batas. <br />
Karena aku sama sekali tidak temukan ke egoisan disana.<br />
Ah, ibu masih ingat waktu kecil jika ada yang bertanya apa cita-citaku, maka aku akan menjawab<br />
"aku akan menjadi dokter". <br />
Tapi tidak jika ditanyakan sekarang, karena aku akan menjawab "aku akan menjadi seorang Ibu seperti Ibuku"<br />
<br />
Selamat ulang tahun Ibuku, <b>Anna Agustiana</b>- <br />
Terbangkan doa-doamu dan akan kupastikan Tuhan mengabulkannya melalui hidupku.<br />
Sama seperti ayah, aku belum bisa memberimu kado karena bagiku hadiah terindah di bumi tetap adalah kalian.<br />
<br />
--- Jika suatu saat aku lupa padamu-pada kita, tampar aku dan ingatkan aku.<br />
Karena lupa padamu adalah sebuah dosa besar yang amat sangat kusesali ---<br />
<br />
<br />
<br />
Anakmu yang senantiasa mencintaimu,<br />
Andra.<br />
<br />Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-24471321245877336532012-08-20T20:09:00.000+07:002012-08-27T19:56:33.779+07:00Lebih Dari Sekedar InginMelihat canda tawamu aku sudah biasa<br />
Mengagumi perjuanganmu aku sudah sering<br />
Mendengar keluh kesahmu itu sudah makananku tiap hari<br />
Tapi jarang kudapati melihat sisi terlukamu<br />
Ah, sebagai orang yang kau sebut 'sahabat' aku merasa gagal.<br />
<br />
Padahal aku ingin lebih sekedar ini,<br />
Inginku ini lebih dari sekedar ingin<br />
Tapi kau terlanjur membatasi kita dengan jarak<br />
Jarak yang memang kasat mata namun terasa sangat nyata kurasakan<br />
<br />
Jika kau memintaku berhenti untuk ingin,<br />
maka aku akan berhenti.<br />
Jika kau memintaku berhenti mengharapkan,<br />
maka aku akan berhenti.<br />
Tapi akan percuma jika kau memintaku berhenti melihatmu,<br />
karena mataku ini sudah terpaku pada satu titik, kamu.<br />
<br />
<b>--- Dari dekat aku akan jadi seorang sahabat sebagaimana maumu <br />tapi dari kejauhan aku akan jadi seorang yang setia mengagumimu dengan caraku--</b><br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-57029961093854855882012-08-20T20:02:00.001+07:002012-08-20T20:16:33.844+07:00Cinta di Masa LaluHai cintaku dimasa lalu.<br />
Apa engkau tau?<br />
Sekarang aku sudah bisa berdiri,<br />
berdiri kokoh dengan kakiku sendiri.<br />
Walaupun kadang jalanku masih tertatih,<br />
tapi aku tidak akan berhenti mensyukuri.<br />
<br />
Hai cintaku dimasa lalu.<br />
Apa engkau sadar?<br />
Jika aku tidak pernah menyalahkanmu,<br />
Aku bahkan berterima kasih pada Tuhan-ku<br />
yang pernah menggoreskanku di garis yang sama denganmu.<br />
<br />
Hai cintaku dimasa lalu,<br />
Apa engkau pernah berpikir?<br />
Bahwa melupakanmu itu sulit,<br />
Tapi akan lebih sulit jika aku terus mengenangmu.<br />
Aku tidak peduli mana yang lebih sulit,<br />
toh aku akan memilih mana yang membuatku tak lagi luka<br />
<br />
Hai cintaku dimasa lalu,<br />
Apa engkau mengerti?<br />
Alasanku pergi menanamkan luka,<br />
Karena aku telah lelah berpura-pura<br />
dan aku kelak tak ingin mati dalam kepura-puraan<br />
<br />
Selamat tinggal cintaku dimasa lalu,<br />
Mari kita berbahagia dengan cara dan jalan kita masing-masing.<br />
Tanpa kepura-puraan yang nantinya menyisihkan luka baru untuk kita.<br />
<br />
<br />
<b>--- Aku bersyukur pada Tuhan karena pernah menggoreskan kita pada satu garis yang sama. Tapi satu hal yang kusesali, adalah pernah mempertahankan kekitaan yang ujungnya kesakitan </b><br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-1859291465988485232012-08-01T13:32:00.000+07:002012-08-20T20:16:26.658+07:00Sebelum Serumit Ini, Kita Pernah Sesederhana Itu<br />
Sayang, hubungan kita bukan seperti menggosok hadiah di bungkusan permen.<br />
Yang kadang 'anda belum beruntung', kadang 'coba lagi' atau<br />
kemungkinan 'anda berhasil' yang satu banding sejuta.<br />
Dan seandainya kita sudah tau tidak berhasil maka kita akan membuangnya begitu saja?<br />
Tidak, sayangnya kita tidak sesederhana itu sekarang.<br />
Awalnya kita memang sederhana, tanpa status tanpa ikatan tanpa pengakuan saling memiliki.<br />
Di satu waktu kita bisa saling memperhatikan tapi di waktu lain kita akan saling mengabaikan.<br />
Kita bisa saling menuntut, tapi bisa saling tak peduli. Kita terima dan anggap itu sebuah keadilan.<br />
Dan pada akhirnya hubungan sederhana ini sekarang menjadi sangat rumit sayang,<br />
Lebih rumit dari kasus-kasus korupsi yang baru-baru ini melanda negara ini.<br />
Lebih rumit dari perceraian para lakon dunia hiburan yang sedang marak.<br />
Seiring dengan rasa aneh yang datang melanda kita masing-masing. <br />
Rasa yang sering kita sebut 'Cemburu'<br />
Sebagian orang menganggap cemburu bisa jadi senjata yang mampu memanaskan hubungan,<br />
dengan begitu mereka menjadi merasa penting dan membutuhkan. <br />
Sebagian lainnya menganggap cemburu bak sebuah peluru,<br />
yang siap menembak dan menyekaratkan hubungan mereka kapan saja.<br />
<br />
Sayang, sekarang putuskan.<br />
Apakah kau akan menggandengku dan melalui jalan ini bersama?<br />
Atau kau akan memilih pergi kelain arah yang tak akan kita lalui ujungnya bersama?<br />
<br />
<b>--- Apa perlu kita menjadi orang hebat yang menyelesaikan apa yang tidak sederhana sesingkat ini? atau menjadi orang hebat lain yang berpura-pura menganggap ini sama sekali tidak ada? ---</b><br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-85503572729000103012012-07-24T14:16:00.000+07:002012-08-01T13:10:30.604+07:00Harapanku Tetap Jadi Harapan Ibu : Surat kedua<br />
Ibu, apa kabar?<br />
Semoga kabarmu sebaik aku disini.<br />
Ini surat kedua yang kutulis yang mungkin tidak akan sampai padamu. Aku memang sengaja menyimpannya dan masih mencari waktu terbaik untuk mu membacanya.<br />
Ya, anggap ini sebuah dalih karena yang sebenarnya aku masih belum cukup berani mengutarakan surat ini, entah karena gengsi, malu atau bahkan takut.<br />
Aku tidak sanggup bayangkan bagaimana reaksimu membaca semua suratku yang tak tersampaikan padamu bu.<br />
Padahal aku tau, kau tidak akan murka ataupun menertawakan apa yang aku tulis.<br />
Ibu, aku memang tidak pandai berkata-kata manis sekedar melegakan hatimu.<br />
Aku memang masih belum cukup hebat dalam hal membahagiakanmu.<br />
Dan aku memang tidak selalu bersikap baik saat menghabiskan waktu bersamamu.<br />
Tapi aku akan selalu berusaha tersenyum bahagia di hadapmu, walau tak jarang tangis terselip dibaliknya tersunggingnya bibir ini.<br />
<br />
Jangan khawatir bu, aku akan bahagia selama Ibu juga berbahagia, Memang terdengar sedikit klise, tapi percaya lah bu. Bahagiaku ada karena tumbuh diatas bahagiamu dan bahagiamu adalah tujuan akhir dari semua perjuanganku.Maka dari itu, tetaplah sehat dan tetaplah ada di jangkauan mataku sampai aku berhasil membahagiakanmu. Satu hal lagi bu, aku selalu menyisipkan pesan ini dalam suratku, tetaplah jadi tulang rusuk ayah hingga kejamnya maut merenggut.<br />
<br />
Terima kasih, aku merindukanmu.<br />
"Hingga detik ini yang aku harapkan hanya agar kau selalu mengharapkanku menjadi harapanmu."<br />
<br />
Anakmu yang sedang berjuang untukmu,<br />
Andra<br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-79001744169098223922012-07-23T19:44:00.000+07:002012-08-01T13:15:25.766+07:00Sedingin Neraka<b><br />"Cinta tetap akan terlihat bodoh jika si lakon tak mampu menindaklanjutinya dengan benar, Sekalipun ia seorang jenius"</b><br />
<br />
<div style="text-align: left;">
Aku ini memang orang yang pandai,</div>
<div style="text-align: left;">
Tapi aku tahu kalau engkau tahu bahwa aku tidak pandai dalam berpura-pura.</div>
<div style="text-align: left;">
Berpura-pura tidak mencintai lagi semisal.</div>
<div style="text-align: left;">
Bila aku punya 4 tangan, akan kuacungkan ke-4 ibu jariku untukmu.</div>
<div style="text-align: left;">
Itu bentuk penilaianku untuk kepura-puraanmu.</div>
<div style="text-align: left;">
Engkau tahu, biasanya aku akan tetap memaksa untuk lebih tahu,</div>
<div style="text-align: left;">
tapi kali ini aku akan diam dan meminta apa yang kau tahu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Bisa engkau sejenak mengajariku? Berpura-pura sepertimu yang berhasil</div>
<div style="text-align: left;">
berpura-pura tidak mencintaiku.</div>
<div style="text-align: left;">
Bisa engkau sejenak mengajariku? Memalingkan wajah angkuh tiap kita beradu pandang.</div>
<div style="text-align: left;">
Bisa engkau sejenak mengajariku? Bersikap dingin setiap kita bertegur sapa.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Ah, bagaimana bisa engkau begitu dingin?</div>
<div style="text-align: left;">
Dingin, dingin sekali...</div>
<div style="text-align: left;">
Sedingin neraka yang bahkan tak mampu kekecap dengan bertelanjang sekalipun.</div>
<div style="text-align: left;">
Dingin yang mau merontokan tiap jangka tulangku, menggertakan gigi-gigiku,</div>
<div style="text-align: left;">
dan meremangkan bulu romaku.</div>
<div style="text-align: left;">
Dingin yang malah membuatku rindu, rindu akan dekapan hangatmu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Apakah aku harus terus berjuang dalam kepura-puraan,</div>
<div style="text-align: left;">
yang perlahan akan mengubahku menjadi penipu ulung.</div>
<div style="text-align: left;">
Atau aku harus menjadi seorang sok tahu agar nantinya engkau bisa bangga padaku?<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)
</div>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-30671467791454393792012-07-12T12:45:00.002+07:002012-07-15T20:51:06.249+07:00Caraku Memandang 'Kebahagiaan'Aku tidak menyesali sesal,<br />
karena hakikat sesal selalu mengekor kemana kesalahan melangkah.<br />
Akupun tidak menyesali kesalahan, <br />
karena kesalahan muasal dari kebahagiaan.<br />
Tapi aku menyesali kebahagiaan,<br />
karena bagiku bahagia hanya ekspetasi semu yang dengan sukses menipuku.<br />
<br />
"Kebahagiaan bisa menyembuhkan segalanya, sekalipun itu luka terparahmu"<br />
itu yang kudengar dari mereka para pecinta yang berbahagia. Oleh sebab itu aku mulai mencari bahagia. Terus-terus hingga tanpa sadar aku menjadi gila dan munafik. Pernah satu hari kudapati bahagia, tapi hari-hari berikutnya ia hilang, entah termakan waktu atau memang aku yang telah tertipu. Seenaknya menawarkan bahagia tapi di jalan yang sama meninggalkan duka yang bahkan bahagia tidak mampu sembuhkannya. Dan dihari itu runtuh semua harapan, gambaran indah tentang 'bahagia' dan kutarik sebuah kesimpulan baru :<br />
<br />
"Kebahagiaan hanya ekspetasi semu yang menjerumuskanmu <br />
dan bila kau kehilangan itu seakan hilang pula nyawamu"<br />
Persetan dengan cerita-cerita para pecinta palsu, aku sudah terlalu buta untuk memulai<br />
dan mencari kebahagiaan. Tapi sejujurnya, aku masih menyimpan sedikit harapan<br />
pada siapapun yang mampu merubah pemikiran ini<br />
.<br />
<br />
(Andra Sheilamona/ Solo, Juli 2012)<br />
<br />Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-37195959381929069302012-07-11T11:28:00.001+07:002012-07-12T12:49:25.289+07:00Aku Mati Terkoyak SepiSenyuman memilukan<br />
Tatapan kosong tak terarahkan<br />
Tawa hambar menyuarakan<br />
Tiada henti tersajikan<br />
Seakan lelah dengan kepura-puraan<br />
<br />
Sejenak kubuka topeng ini<br />
Dan mulai berkaca..<br />
Sejak kapan kumiliki wajah penuh derita ini?<br />
Aku bertanya kenapa,<br />
Ah tahuku semua jawabnya<br />
Aku telah mati terkoyak sepi rupanya..<br />
<br />
Menanggalkan semua tekatku yang dulu<br />
Memilih sepi sebagai selimut paling abadi<br />
Dengan dalih agar rindu terobati<br />
Tanpa sadari kemunafikan menelanku perlahan<br />
Hinggaku tenggelam, terlalu dalam<br />
<br />
Ah, aku lelah dengan sepi<br />
Kudapati kesia-siaan di semua usaha ini<br />
Ya, karena memang aku benci untuk sendiri..<br />
<br />
<br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-54660175128862469922012-07-01T11:57:00.001+07:002012-07-12T12:56:25.321+07:00Aku Memeluk Ayah Melalui Doa : Surat Kedua.: Ayah<br />
<br />
Assalamualaikum Ayah,<br />
Apa kabarmu yah? Semoga engkau baik-baik saja.<br />
Oh ya,di surat yang lalu aku sudah mengutarakan kerinduanku padamu tapi tidak untuk surat ini, bukan berarti aku tidak merindukanmu yah. Aku masih tetap rindu dan mencintaimu ditiap hembus nafasku.<br />
<br />
Ayah mungkin tau aku bukan tipe orang yang pandai berbasa-basi.<br />
Ya, memang bukan ketidaksengajaan yang mendasariku menulis surat ini.<br />
Ingat bagaimana Ayah terlahir di bumi ini 49 tahun yang lalu?<br />
Ingat bagaimana hangat dekapan nenek saat pertama kali Ayah menatap dunia?<br />
Ingat bagaimana merdu azan yang kakek bisikkan ke telinga kanan Ayah?<br />
Aku tidak bisa bayangkan betapa bahagia dan berartinya momen itu.<br />
<br />
Ayah..<br />
Engkau jangan heran bagaimana aku tau semua itu. <br />
Nenek, ya nenek lah pelaku yang dengan bangga menceritakan bagaimana jagoan kecilnya terlahir. Banyak hal yang belum bisa kita bincangkan. Selain masalah jarak dan waktu, ada gengsi yang masih jadi dinding penghalang. Aku ingin sekali menghancurkan dinding itu, dan barangkali dengan surat ini bisa merobohkannya atau setidaknya sedikit menggoyahkannya.<br />
<br />
Yah, hampir setengah abad kau melihat indahnya dunia, tapi itu tidak berarti apa-apa bagiku selama aku belum bisa jadi harapan yang kau harapkan. Jadi, tetaplah hidup hingga setengah abad lagi atau setidaknya hingga kau menimang cucu-cucumu. Janga biarkan cucu-cucumu tumbuh tanpa mengenal hangatnya kasih sayang seorang kakek. <br />
<br />
Dan yang terakhir dan teramat penting, tetaplah sayangi Ibu dan lindungi Beliau hingga kejamnya maut memisahkan kalian berdua. Berikan aku disini sedikit doa, dan aku akan berjuang menjadi apa yang akan membahagiakan kalian.<br />
<br />
Hingga detik ini masih sangat bangga membanggakanmu,<br />
Selamat ulang tahun Ayah, terbangkanlah doa dan harapanmu dan biarkan Tuhan menjatuhkan pengabulannya pada hidupku. Maaf jika hanya ini yang bisa kuhadiahkan, bagaimana aku bisa memberi engkau kado bila hadiah terbaik dibumi adalah engkau.<br />
<br />
Wassalamualaikum.<br />
<br />
Anakmu yang sedang berjuang menjadi harapanmu<br />
<br />
Andra.<br />
<br />
<br />
(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-2753334932713129112012-06-19T13:33:00.002+07:002012-06-19T15:01:37.758+07:00Muasal Segala Penawar Duka Adalah Kalian, Teman.<br />
<i>Pernah diri ini merasakan sedih.<br />Pernah diri ini berada di titik terperih.<br />Pernah pula diri ini merasa tersisih.<br />Ya, sedih, perih dan tersisih<br />itu semua wajar.<br /><br />Aku terus mencari bahagia untuk sembuhkan semua duka.<br />Aku menjadi munafik dengan memuja kebahagiaan,</i><br />
<i>Seolah berdalih dari semua kesedihan.<br />Sampai akhirnya aku terjebak,<br />dalam gelap gulitanya kehidupan .<br />Semua cahaya meredup,</i><br />
<i>Semua jalan tertutup<br />Tubuhku pun ikut gugup,</i><br />
<i>Seiring dengan jantungku yang tak henti berdegup.<br /><br />Disaat itu kalian menarikku,</i><br />
<i>Dari semua kekosongan.</i><br />
<i>Dari kelamnya kehidupan.</i><br />
<i>Dari kawah kesendirian.</i><br />
<i>Dan dari lautan kesedihan.<br /><br />Ya, itu adalah kalian, teman.<br />Kalian teman yang selalu menyambutku<br />Dengan senyum manis tersungging dibibir<br />Dengan uluran tangan yang tak segan menggengam<br />Dengan lengan terbuka yang siap memeluk dan menuntun<br /><br />Adanya kalian menggenapkanku yang ganjil,<br />Adanya kalian mewarnaiku yang putih abu-abu<br />Adanya kalian mengisi semua kekosonganku<br />Adanya kalian memang ditakdirkan Tuhan untukku.</i><br />
<div style="color: black;">
<br />
<i>Tuhan boleh beriku duka, tapi Ia juga berikan orang-orang terbaik disekitarku<br />mereka adalah teman.</i></div>
<br />
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
" Tulisan ini aku dedikasikan untuk teman-teman,</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
khususnya anak-anak XI IPA 4. Maaf karena hanya ini yang<span style="background-color: white;"></span> bisa ku persembahkan untuk kalian.</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
Bagaimana aku bisa memberi kalian kado terbaik, jika kalian sendiri adalah hadiah terindah di bumi?</div>
<div style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
Guys, thanks for being a part of my life. I love You all. -- Andra Sheilamona."</div>
<br />
<br />
<ul style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li>Friendship isn't a big thing - it's a million little things. - Author Unknown</li>
</ul>
<ul style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li>A real friend is someone who would feel loss if you jumped on a train, or in front of one.- Unknown</li>
</ul>
<ul style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">
<li>The friend is the man who knows all about you, and still likes you. - Elbert Hubbard </li>
</ul>
<link href="file:///C:%5CUsers%5CCompaq%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_filelist.xml" rel="File-List" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CCompaq%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_themedata.thmx" rel="themeData" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"></link><link href="file:///C:%5CUsers%5CCompaq%5CAppData%5CLocal%5CTemp%5Cmsohtmlclip1%5C01%5Cclip_colorschememapping.xml" rel="colorSchemeMapping" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;"></link>
<m:smallfrac m:val="off">
<m:dispdef>
<m:lmargin m:val="0">
<m:rmargin m:val="0">
<m:defjc m:val="centerGroup">
<m:wrapindent m:val="1440">
<m:intlim m:val="subSup">
<m:narylim m:val="undOvr">
</m:narylim></m:intlim>
</m:wrapindent><style>
<!--
/* Font Definitions */
@font-face
{font-family:Wingdings;
panose-1:5 0 0 0 0 0 0 0 0 0;
mso-font-charset:2;
mso-generic-font-family:auto;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:0 268435456 0 0 -2147483648 0;}
@font-face
{font-family:"Cambria Math";
panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:roman;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-1610611985 1107304683 0 0 415 0;}
@font-face
{font-family:Calibri;
panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4;
mso-font-charset:0;
mso-generic-font-family:swiss;
mso-font-pitch:variable;
mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;}
/* Style Definitions */
p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal
{mso-style-unhide:no;
mso-style-qformat:yes;
mso-style-parent:"";
margin-top:0cm;
margin-right:0cm;
margin-bottom:10.0pt;
margin-left:0cm;
line-height:115%;
mso-pagination:widow-orphan;
font-size:11.0pt;
font-family:"Calibri","sans-serif";
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoChpDefault
{mso-style-type:export-only;
mso-default-props:yes;
mso-ascii-font-family:Calibri;
mso-ascii-theme-font:minor-latin;
mso-fareast-font-family:Calibri;
mso-fareast-theme-font:minor-latin;
mso-hansi-font-family:Calibri;
mso-hansi-theme-font:minor-latin;
mso-bidi-font-family:"Times New Roman";
mso-bidi-theme-font:minor-bidi;}
.MsoPapDefault
{mso-style-type:export-only;
margin-bottom:10.0pt;
line-height:115%;}
@page Section1
{size:612.0pt 792.0pt;
margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt;
mso-header-margin:36.0pt;
mso-footer-margin:36.0pt;
mso-paper-source:0;}
div.Section1
{page:Section1;}
/* List Definitions */
@list l0
{mso-list-id:421225797;
mso-list-template-ids:-1980983484;}
@list l0:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
@list l1
{mso-list-id:1196583760;
mso-list-template-ids:-1725507050;}
@list l1:level1
{mso-level-number-format:bullet;
mso-level-text:;
mso-level-tab-stop:36.0pt;
mso-level-number-position:left;
text-indent:-18.0pt;
mso-ansi-font-size:10.0pt;
font-family:Symbol;}
ol
{margin-bottom:0cm;}
ul
{margin-bottom:0cm;}
-->
</style>
</m:defjc></m:rmargin></m:lmargin></m:dispdef></m:smallfrac><br />
<ul style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;" type="disc">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span style="font-size: 12pt;"><span style="font-family: Times,"Times New Roman",serif;">Teman adalah bentuk kebahagian sederhana dari Tuhan
yang tak henti kusyukuri. - Andra Sheilamona </span><o:p></o:p></span></li>
</ul>
<ul type="disc">
<li class="MsoNormal" style="line-height: normal;"><span lang="IN" style="font-family: Times,"Times New Roman",serif; font-size: 12pt;">Teman
adalah kebutuhanmu menjawab. Dia adalah bidang anda yang kau tabur dengan
cinta dan menuai dengan ucapan syukur. Dan dia adalah forummu dan kau api
unggun. Bagimu datang padanya dengan rasa laparmu, dan kau mencari Dia untuk
perdamaian - Kahlil Gibran</span><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></li>
</ul>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOwmk2ZbM3fJig4QTZFvfgh8n-34-v0EukflMkDe0XcmcLbv3bkt0MuCr0gDhw2q-lBVhqWUZVG1YmOE5Zsce6AWU2U7pNMtzOJB9aVJMuZ2De98wvr9lSfyRgsTbJibfKLSfx1gl7HJDT/s1600/Carricature.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="295" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOwmk2ZbM3fJig4QTZFvfgh8n-34-v0EukflMkDe0XcmcLbv3bkt0MuCr0gDhw2q-lBVhqWUZVG1YmOE5Zsce6AWU2U7pNMtzOJB9aVJMuZ2De98wvr9lSfyRgsTbJibfKLSfx1gl7HJDT/s400/Carricature.jpg" width="400" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjikW8Y-ofkLOr_63p3flcJqAKBbPF3Re-_9uLCqo1k7m2z7qtInMhb3iPIe2EFYx9gvJPwR3QuIhjiOhyODB6Z_ZZNuQh0pPj3sIA60zQNbgqHAI-oh4sTByTnyQxmKbuWT3qV8gDY8sn3/s1600/Carricature.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjikW8Y-ofkLOr_63p3flcJqAKBbPF3Re-_9uLCqo1k7m2z7qtInMhb3iPIe2EFYx9gvJPwR3QuIhjiOhyODB6Z_ZZNuQh0pPj3sIA60zQNbgqHAI-oh4sTByTnyQxmKbuWT3qV8gDY8sn3/s1600/Carricature.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><br /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
(Andra Sheilamona / Solo, Juni 2012)
</div>
<br />Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-3180734086150076149.post-7926790928455523842012-06-13T16:42:00.004+07:002012-06-13T16:43:36.930+07:00Aku Dan Kamu, Adalah Kita Yang Terhalang Oleh Dia<br />
Jangan mencari-cari siapa diantara Kita yang paling banyak berjuang, tapi lihat seberapa besar apa yang telah Kita perjuangkan.<br />
Karena ini bukan tentang mereka, ini tentang Aku, Kamu dan Kita yang semestinya.<br />
<br />
<ul>
<li>Aku adalah logika yang dikalahkan ketiadaanmu.</li>
</ul>
<ul>
<li> Aku - dulu orang yang paling sering kau cari, sekarang orang yang kerap kali kau hindari</li>
</ul>
<ul>
<li>Aku - memaksa kan ingatan mengenang dengan berbagai kontroversi tulisanku tentangmu</li>
</ul>
<ul>
<li>Aku - tangis pilu yang bersembunyi dibalik senyum bahagia.</li>
</ul>
<ul>
<li>Aku - orang bodoh yang terus merindukan kebodohanmu</li>
</ul>
<ul>
<li> Aku payah, dihadapmu aku tak berdaya dan hilang upaya</li>
</ul>
<ul>
<li>Kamu - tidak ada dijangkauan mata tapi menetap di ulu hati terdalam</li>
</ul>
<ul>
<li>Kamu - ingatan yang muncul tiba-tiba tanpa alasan</li>
</ul>
<ul>
<li>Kamu - kenyataan indah yang belum dapat kusanding</li>
</ul>
<ul>
<li>Kamu - perasaan yang belum tuntas dan kemungkinan akan bertahan</li>
</ul>
<ul>
<li>Kamu - satu tunggal yang kubiarkan tetap tinggal </li>
</ul>
<ul>
<li>Selama Itu Kamu Aku merana saat merindu</li>
</ul>
<ul>
<li>
Selama Itu Kamu aku lebih memilih kehilangan pegangan daripada kehilangan kenangan</li>
</ul>
<ul>
<li>
Selama Itu Kamu aku tak pernah mendustai kehilangan, benci dan rindu.</li>
</ul>
<ul>
<li>
Selama Itu Kamu semua rasa akan kupendam dan kusisakan rindu untuk kugenggam</li>
</ul>Andra Sheilamonahttp://www.blogger.com/profile/12046814536671699942noreply@blogger.com0