Minggu, 30 September 2012

Sudahi Sampai Disini

Syarat mencintai diam-diam, resiko mencintai tanpa dicintai.

Apakah engkau tak lelah
memerdekakan kepura-puraan yang tak lelah ku telaah.
Demi setumpuk harga diri
yang tak mungkin kau bawa mati.

"Sejatinya cinta adalah bermakna ganda yaitu mencintai dan dicintai
melebihkan apa yang kekurangan dan mengurangi apa yang kelebihan."

Bukan yang seperti ini,
yang kuikrarkan selama ini.
Aku yang semakin cinta
dan engkau yang semakin abai.

Engku adalah udara,
kubutuhkan dalam hidup
tapi enggan untuk kuhirup.
Engkau adalah sepotong sajak
yang kurangkai seorang diri
menggambarkan segala apa yang terlewat sepi.

Padahal aku ingin lebih sekedar ingin,
Tapi tatapanmu melucuti semua harapanku
Seolah berkata "Sudahi sampai ini.."
Apakah ini resiko dari mencintai tapi tanpa dicintai?


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012)  

Para Pengiba Doa Tuhan

Kala malam,
para pengiba mulai mengadahkan tangan
dalam sujud maupun berlutut,
lantunan doa mulai terdengar
dari bibir yang membiru
dan kecapan lidah yang kelu

Berterbanganlah takdir yang mentah itu
seolah tahu betul dimana singgasana Tuhan-mu,
menjelma dalam kalbu serupa debu
yang terhirup karena tak tahu

Doa itu, takdir mentah itu berhasil dituai
dan siap dipanen oleh para pengiba yang setia menunggu,
mematahkan segala pilu yang dahulu membelenggu

Berbahagialah para pengiba
karena Tuhan-mu memang benar mendengarmu.


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012)  

Jumat, 28 September 2012

Dalam Diam Aku Bercerita


Dalam diam, aku mencoba menterjemahkan
ratusan rasa yang tak terungkap kata
tangisan pilu yang tercekat dan terdengar ngilu
suka yan tersimpan pada selip-selipan luka
rindu yang tak mampu kuloloskan dalam laku
atau bahkan cinta yang tak kasat oleh mata

Rupanya, tak selamanya diam adalah mati
dengan diam aku menyulam berbait-bait doa  yang kerap kulantunkan kala malam
berlipat-lipat harap yang kusimpan rapat-rapat yang kelak bisa bersama kita ikat

Dengan diam,
aku menghidupkanmu melalui isyarat
yang aku hembuskan serupa deru nafas satu-satu
melalui linang air mata yang berjatuhan dari kawah-kawah mataku
melalui kabar yan kubisikan pada angin lalu disampaikan berupa angan.

Diam tidak berarti mati,
karena dalam diam aku bercerita pada Tuhan tentang aku dan kamu--kita yang tak akan pernah mati.


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) 



Kamis, 20 September 2012

Aku Berikrar Pada Harapan


--- Padamu kutanamkan harapan, yang nantinya bukan untuk kau jadikan tangisan..

Untuk kesekian kali aku berharap
pada hati yang telah kuikat dengan ribuan rasa
aku tahu dulu rasa ini muncul bertahap
menampik benci hingga sama sekali tak bersisa

tapi entah sejak kapan rasa ini menjadi kebal
seberapa kuat aku menyangkal
mereka tetap saja bebal

aku menerka-nerka apa yang kau perbuat
hingga rasa dihatiku ini makin melekat
dan akar harapan padamu makin menguat

aku tahu, aku hanya orang asing bagimu
yang seenaknya merangkai angan-angan indah tentangmu
tapi tidak bolehkah aku sedikit mendamba bahagia?
bahagia yang tidak akan kudapati di dunia nyata

kau tahu apa yang membuatku tetap bertahan?
karena aku telah berikrar untuk berpegang teguh pada harapan
harapan yang jauh hari aku tanam di ladang hatimu

aku masih menunggu..
menunggu tumbuhnya benih dari harap yang kupendam
akankah mereka menjadi bahagia yang kelak kugenggam
ataukah menjadi rasa yang hanya bisa bungkam?



(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) 

Kamis, 06 September 2012

Aku Terlambat Menyadari


--- Aku tidak menyesali kata pernah, aku menyesal belum sempat berkata pernah...

Semestinya, kita sempat untuk berbahagia
Terlepas dari ketidak tahuanmu, kita adalah bagian dari setitik harap
Yang tak sempat tumbuh dan mati sebelum disirami

Dari dalam diriku ini,
ada satu rasa yang terlambat menempatkan diri
Sehingga aku tak jua menyadari bahwa rasaku ini adalah apa yang selama ini kau cari
Lihatlah....Sekarang mereka menjelma menjadi benci
Benci, karena kau pergi sebelum aku menyadari...

Rasanya seperti kehilangan mainan yang dirampas paksa
sebelum aku selesai memainkannya
Seperti menulis sajak-sajak pada sesobek kertas
lalu terbakar hangus dimamah oleh jaman

Maka sebelum menghapus aku dalam ingatan,
Sebelum aku semakin memudar dan kita tak lagi aku dan kamu
Maka sebelum itu, berbaliklah...
Tengoklah kesini, pahami gerak bibirku dan dengar apa yang kubisikan
"....Aku pernah mencintaimu kemarin, begitupula hari ini dan esok hari...."


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012)