Rabu, 30 Mei 2012

Sepucuk Surat Rindu Untuk Ayah : Surat Pertama


Ayah,
Bagaimana kabarmu yah?  Aku harap kau selalu baik.
Sudah lama kita tidak bertemu, tapi kita urung jua untuk bertukar kabar.
Maafkan aku yah, untuk kelancanganku.
Terlepas dari semua ketegangan kita,
Sebenarnya aku rindu tapi aku malu.
Kerinduanku ini bertumpuk karena tak segera ku sampaikan padamu.
Kau tahu? Ternyata menyimpan rindu itu tidak semudah membalik halaman buku.
Ayah, kita memang tidak dekat dalam jarak maupun hubungan.
Kita memang tidak seharmonis "ayah-anak" pada umumnya.
Kita memang tidak memiliki kenangan semanis kenangan ku bersama Ibu.
Tetapi kenangan tetaplah kenangan,
Akan ada masa dimana aku rindu kenangan itu.
Seperti kemarin, hari ini dan bahkan detik ini.
Aku rindukan sorot matamu yang tajam.
Aku rindu bibirmu yang membentuk garis lurus tanpa makna.
Aku rindu topeng dingin yang selalu kau kenakan.
Ayah, aku yakin dibalik topeng dingin yang kau kenakan itu,
Ada sepasang mata yang memandang dengan sendu.
Ada seutas senyum ikhlas yang tak akan putus bahkan oleh tajamnya luka.
Rinduku padamu mungkin tak sebanding dengan rinduku pada Ibu,
Tapi kekagumanku padamu bisa jadi tak tertanding.
Untuk yang terakhir kalinya,
Maafkan aku Ayah, aku merindukanmu.


Anakmu yang selalu membanggakanmu,
Andra.


"Ayah keharmonisan kita memang tak mulus, tapi doa tulusku padamu tak akan pernah putus"


(Andra Sheilamona / Solo, 2012)

Selasa, 29 Mei 2012

Kisah Ibu tentang Rindu


Kota Malang di pagi hari..
Udara dingin menusuk tulang menciptakan kabut tebal penghalang pandang.
Pagi ini waktuku pulang, kembali ke kehidupan dan aktivitasku di Solo.
Pagi ini aku akan tinggalkan Ibu dan para saudara laki-lakiku.
Pagi ini aku akan mulai lagi petualangan rinduku.
Di tangan kanan sudah kugenggam satu tiket bus yang akan membawaku kembali.
Sedangkan tangan kiriku penuh dengan koper berisi pakain yang sudah di benahi ibu.
Jarum jam menunjukan pukul 7 dan aku siap meninggalkan kota ini dan semua kenangan manis kemarin.
Helaan nafas panjang mengiringi khayalku tentang kebahagiaan kecil yang kami cipta kemarin.
Aku pasti akan rindu gelak tawa Ibu, sendau gurau saudara-saudarku.
Bagaimana bisa kau meninggalkan apa yang sudah membuatmu begitu nyaman?
Bagaimana bisa kau melepaskan genggaman Ibu lalu perlahan menggantinya dengan lambaian?
"Nak.." Suara Ibu membuyarkan semua lamunan indahku..
"Nak, kenapa buru-buru banget? Bus berangkat masih jam 9 kan?"
"Iya bu, Aku nunggu di terminal aja. Aku nggak mau lebih lama sama Ibu, nanti aku jadi sulit pisahnya"
Mendengar  jawabanku Ibu cuma tersenyum. Aku heran dan balik bertanya,
"Kenapa Ibu masih bisa tersenyum semanis itu di detik-detik perpisahan kita? Ibu nggak sedih aku pergi?"
Dengan senyum manis dan sekarang ditambah bulir alir mata beliau menjawab
"Aku terus rindu dan percaya itu pasti akan terbayar, seperti sekarang.  Buktinya kemarin kita sudah buat banyak cerita indah untuk lengkapi bahagia kita nak"
Rasanya aku seperti memenangkan lotre berhadiah ratusan juta mendengar pernyataan Ibu.
"Ah, Jadi ini senjata rahasia Ibu mengatasi rindu sama Ayah?"
"Bukan cuma sama Ayah, tapi juga sama anak perempuan Ibu satu-satunya ini"
Jawab beliau sambil memelukku. Ya, pelukkan terakhir yang akan aku simpan kehangatannya untuk bekal-ku pulang.
"Terima Kasih Ibu, tentang kisah rindu dan rahasia mengatasinya. Sekarang aku akan menahan rindu dalam senyuman, dan  membalaskannya dalam pelukan."
Seiring dengan terlepasnya pelukkan Ibu, aku meninggalkan kota ini.
 Kehidupanku sebelumnya sudah menantiku di Solo.
"Selamat tinggal Ibu, Aku akan rindu masa-masa bahagia bersama seperti hari ini dan hari kemarin.
Ibu tunggu aku kembali membawa kebahagiaan lain yang  kujanjikan padamu"


...Aku menanggalkan senyuman saat rindu, tetapi Ibu terus mengenakan senyuman yang sama walau rindu. Aku pun bertanya mengapa, dan sambil tersenyum ibu menjawab : aku terus rindu dan percaya itu pasti akan terbayar, seperti sekarang
Dan itulah alasanku tetap menyimpan rinduku dalam senyuman....



(Andra Sheilamona / Malang , 2012)

Mataku Menggenang Saat Mengenang.


"Para penyair adalah orang-orang yang tak bahagia, karena setinggi apapun jiwa mereka menjulang, akan tetap terbelenggu dalam airmata yang menggenang."
- Kahlil Gibran


..Sayang, perpisahan kita bukan akhir dari segalanya dan ini juga bukan alasan sebuah awal kehancuran. Jangan, jangan mulai lupakan aku dan semua kenangan kita.
Kenang aku dan simpan kenangan kita maka kau akan tau cara ku mensyukuri kehilangan...


  • Saat mengenang entah mengapa mataku menggenang, seperti tak tenang..
  • -Ada banyak nama yang sulit kuingat setiap saat, namun ada satu yang tak mungkin kulupa -- kamu.
  • -Aku -- memaksa kan ingatan mengenang dengan berbagai kontroversi tulisanku tentangmu.
  • Berbeda dengan kopi yang melarutkan gula tapi tetap tak manis. makin aku menegenangmu tangispun bisa jadi semakin manis.
  • Jangan kubur aku dan kenangan kita terlalu jauh dari hatimu, agar sewaktu-waktu kau bisa berziarah semaumu
  • Tenangku adalah saat aku pulang dan telah menyimpan kenangan kita untuk bekal perjalananku.
  • Bagaiman nasib ingatanku, jika mereka tak mampu memutar ulang rekaman kenangan kita?
  • Ingatanku mulai mahir, mengenang apa yang tak lagi hadir..
  • Selain menandaimu, ingatanku juga menggandakanmu.
  • Ingatanku mengurungmu sebagai satu tunggal yg tetap tinggal. Ingatanmu mengurangiku seolah aku satu yg harus terhilang.
  • Kenang aku saat kau terjaga, dan mimpikan aku saat lelah menyapa mata.
  • Mungkin soal 'melupakan-kita' kau lebih ahli, tapi soal 'mengingat-kita' aku bisa jadi lebih mahir..
  • Aku hanya mengumpulkan anggan, bukan menggumpulkan serpihan kenangan-
  • Izinkan aku menulis bait-bait lagu agar kau bisa mengenangku. Izinkan aku mencipta sajak indah agar kau tak resah
  • Mengenangmu itu prinsip, merindukanmu itu harga mati -
  • Biarkan mereka mengenangmu secara wajar, tapi perkenankan aku mengenangmu dalam ketidakwajaran yang logis.
  • Sebab kenangan akan selalu terasa manis jika kau selingi dengan tangis




...Sayang, Aku tidak gagal untuk melepasmu, aku hanya gagal untuk tidak mengingatmu, ini sederhana. Kau boleh memulai melupakanku jika kau mau, dan kau boleh pergi menjauh. Tapi jangan paksa aku melupakanmu dan bunuh kenangan kita. Sayang, tetaplah berkilau walau untuk kelain hati..


(Andra Sheilamona / Solo, 2012 )

Rabu, 23 Mei 2012

Untuk Hati Yang Diam

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sadang marah karena kau tidak juga hilang dalam ingatan.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang sibuk menyusun sendiri puntung kenangan yg dulu kita pungut berdua.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang mengukir semua indah ataupun buruk kenangan kita dalam ingatan.

Untuk hati yang diam,
Apa kamu tau aku sedang apa? 
Aku sedang lapar, karena kita tak lagi saling menyuapi rindu yg sama-sama kita biarkan beku.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang membungkus air mata agar kelak saat mengenangmu aku bisa tersenyum tanpa menangis.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa?
Aku sedang berperang dengan lelah yang selalu menuntut saat aku menunggu dan merindumu.

Untuk hati yang diam,
Mataku terpaku melihatmu, lidahku kelu seolah beku, tubuhku kaku dalam laku.
Semua itu saat kita bertemu..

Kita tak akan pernah tau, karena kita tak saling rindu.
Dan kau tak akan pernah tau, karena hanya aku yang merindu-mu.


(Andra Sheilamona / Solo, 2012)

Minggu, 20 Mei 2012

Untuk kesekian kali, Aku Benci Mengaku Merindu-mu


Kalian kenal Rindu? Mereka manis saat saling membutuhkan dan pahit saat satu pihak mengabaikan --

  • Rindu bisa saja membuatku bergelimang luka atau bahkan banjir air mata.Tapi entah sejak kapan itu semua begitu nyaman .
  • Sajakku tak seirama, apa mungkin rinduku tak lagi kau terima?
  • Rindu, karena denyut nadiku engaku mengalir. Oleh sebaris puisi engaku terus terlahir.
  • Aku sudah coba bunuh semua rasa, tapi rindu tetap saja ada.
  • Seperti menambah luka dalam ingatan, kau menanam rindu karena senyuman.
  • Ada berbait-bait rindu untukmu yang masih kusimpan rapat-rapat
  • Angin menemuiku setiap pagi, hanya membawa pesan yang sama dari mu-Rindukan aku.
  • Rindu adalah resah yang tak wajar, cemas yang tak tertakar dan di dadaku ia terdampar.
  • Sebelum mata terpejam, aku ingin rindu ini teredam.
  • Aku belajar mematikan rasa, sekedar mengubah perihnya rindu supaya tak terasa.
  • Aku belajar mensejajarkan rindu dengan pilu, sekarang didadaku keduanya saling berseteru.
  • Aku belajar memahami apa yang nampak dan terasa semisal debar. Dan apa yang kasat tak tertangkap indra semisal rindu.
  • Aku belajar darimu. Tentang rindu yang tak berujung, debar yang tak terdengar, asa yang tak biasa.
  • Jika hidupku bukan untuk merindukanmu lagi, maka akan murunglah umur-umurku esok hari.

Solo, 2012

Jumat, 18 Mei 2012

Kusudahi Luka, Kumakamkan Duka

Dimasa itu, aku masih berdiri.
Berdiri dititik yang sama di masa-masaku yang lalu.
Titik yang sengaja kupilih
agar kubisa mendengarmu walau lirih.
Dimasa itu, aku terluka.
Aku tak tau bagaimana sudahi duka.

Sampai akhirnya aku sampai di masa jemu,
jemu untuk sekedar memujamu.
Kapankah aku bisa maju bila yang kutemui hanya jalan buntu?
Kapankah aku bisa bahagia bila yang kulakukan hanya menunggumu?

Jiwaku muak
Hatiku berontak
Tabahku menguat
dan langkahku padamu melambat.

Akhirnya aku memilih berputar arah
menjauhimu agar ku tak lagi terluka parah
Ini adalah waktuku sudahi luka
dan makamkan duka.

--Aku hanya menjauhimu dan memendam kenangan, tanpa ada niatan abaikanmu dan melupakan--

Aku Hilang Asa

Anggur yang manis,

tapi memabukkan.

Bagi jiwa yang penuh harap

tanpa ada asa..

Asa yang menunjukan dunia

Dunia nyata yang indah

Namun asa itu hilang

Bersama kau yang hilang dariku

Membawa semua yang aku damba

Tanpa salam,

Tanpa kata perpisahan

dan hanya tinggalkan kenangan

yang begitu indah dan dalam  terukir di dada.


                                                         Perajut Aksara :  Rino Ummi

Rabu, 16 Mei 2012

Pagi Indah Berawal Darimu.

Kilauan matahari membangunkanku..
Menyeret paksa mimpi-mimpiku yang lama mati.
Lagi, pagi ini aku terbangun dalam keadaan merindukanmu.
Saat sinar mentari masih malu-malu menampakkan kilaunya,
kau sudah berlari-lari lincah di dalam kepalaku.
Membawaku teringat kenangan lalu.

Canda tawa yang kau urai.
Cerita manis yang kau tulis.
Ucapan indah yang kau lontarkan.
Semua itu terpahat rapi di ingatanku.
Aku merindumu, aku mengingatmu dan aku mengenang masa kita.
Masa dimana aku menjadi aku dalam segala-mu dan kamu menjadi kamu dalam segala-ku

Selasa, 15 Mei 2012

Setangkai Mawar - Indah menampar, Perih tak tertawar

Ingatkah kau 
pada setangkai mawar yang kau akui sebagai pengawal hubungan kita..?
harum, indahnya nyata..

Setangkai mawar
yang membuatku terus nyaman dengan luka
Setangkai mawar,
yang membuatku sulit memahami duka
Setangkai mawar pula,
yang membuatku manangisi kenangan yang dulu kita suka..

Hakikatnya mawar :
Menggambarkan indah yang menampar, tapi sekali duri meluka perihnya pun tak tertawar..

 

Kamis, 10 Mei 2012

Jarak Terjauhku Tuk Temuimu, Kusebut Rindu.


Kalian kenal Rindu? Mereka manis saat saling membutuhkan dan pahit saat satu pihak mengabaikan --

  • Saat hati tak menentu, yang kutau pasti itu sebab rindu yang menggebu.
  • Rindu yang mendasar tak mungkin salah sasar,tepat di hatinya ia akan mengakar..
  • Jika merindukanmu saja aku tak kenal ampun, maka mencintaimu bisa kusebut pantang menyerah. Begitu kah?
  • Aku tak mengada-ada tentang rinduku yang berpangkat ganda atau bahkan tak terhingga.
  • Abaikan apa yang dituturkan mulut yang berseru, disini kita mendengar percakapan antara hati dan rindu yang berseteru.
  • Aku ingin kau sesekali menyambangi rindu, agar kau bisa dengar namamu dilantunkannya dengan suara merdu.
  • Hatiku nelangsa, sejenak aku tak kuasa mengatahui rinduku yang tak kunjung bersisa.
  • Rindu itu eksistensi yang ambigu, nyata tapi membuatmu terbelenggu
  • Barangkali dengan mengjariku rindu yang ambigu, kau bisa melatihku untuk tak meragu.
  • Rindu itu seperti menyambangi rumahmu, saat ku ketuk pintunya kuharap kau menyambutku dengan senyum dibibir ranummu.
  • Rindu itu penjabaran tersulit antara hasrat dan ingatan, yang pasti berbelit-belit
  • Bukankah 'rindu' hanya kata sederhana yang tak harus tersirat sempurna,namun luar biasa bermakna.
  • Barangkali memang tak ada ragaku di batas pandangmu, tapi bukankah rinduku masih tetap memelukmu erat?
  • Rindu tak pernah beranjak, walau ia tak henti dibekap waktu yang malas dan menganak.
  • Melarutnya malam dan langit menghitam jelaga, membuat rindu yg bersemayam tak mungkin lagi terjaga.
  • Akhirnya aku sampai di titik jemu, dimana rindu menari dengan hasrat yg ingin bertemu.
  • Kau mendongengkan sepi pada rindu bak belati yang tak henti menyayati luka pada hati.
  • Esok adalah tentang bagaimana caraku merindukanmu lebih dari kemarin.

Selasa, 08 Mei 2012

Sepenggal Kisah

Awalnya nggak ada niatan buat bikin blog, karena mayoritas para blogger ngisi blog mereka dengan cerita atau puisi. Yah, sadar sih saya nggak pandai buat ''telling story'' bahkan nggak cukup mampu menyusun kata - kata indah dengan bikin puisi. Saya lebih suka ngungkapin kisah saya lewat eem apaya, mungkin sepotong sajak atau syair, maybe?  I dont know what 'this' called. Em sebut saja 'rangkaian kata'..pfft, rada absurd memang, tapi ya sudahlah. Semua kata yang saya rangkai, sebagian terinspirasi dari pengalaman pribadi, dari dia yang telah mengajarkan saya bahagia dan luka dalam waktu yang bersamaan. Saya tidak benci ataupun dendam, saya malah berterimakasih atas apa yang telah dia berikan walau kadang kebahagiannya tak sebanding dengan lukanya. "Cinta itu bukan pembodohan, cinta itu pembelajaran" itu yang saya terapkan. Saat itu masih belum banyak pengalaman, istilahnya dia itu "first love" saya. Awal kisah, kami adalah sepasang kekasih normal,bahagia, layaknya pasangan lain. 3 bulan pertama hubungan mulai renggang, saya dilanda rindu berkepanjangan karena jarang ketemu, padahal kami nggak LDR tapi entah kenapa dia jarang ngajak ketemu atau sekedar telfon, saya nggak mau banyak nuntut makanya saya biarkan . Jalan 4 bulan, ada beberapa orang bilang kalau  he has affair with the other girl, saya nggak tau harus percaya atau nggak, saya hanya bisa diam dan menangis..ya memang cengeng tapi hanya itu yang bisa saya lakukan. Akhirnya kami berakhir dengan dia sebagai pihak pemutus, teman-teman saya menyalahkan saya karena tidak memutuskan dia duluan. Saat itu saya berpikir ini bisa diperbaiki, ternyata dia tidak berpikir demikian. Setelah perpisahan itu saya mengalami sindrom 'hard to forget' atau anak-anak ramaja bilang 'susah move-on'. Di hari-hari sulit itulah awal dari banyaknya rangkain kata yang terlahir. Terlepas dari itu, saya bukan menyebut diri saya 'korban tikungan', saya lebih memilih menyebut diri saya 'pihak yang tidak tau'.. 'Till now, I dont think that I was forget him,because I wont forget him, I Just keep him in deepen my heart.