Senin, 27 Agustus 2012

Aku Hanya Bisa Diam

—Aku memang hanya diam. Tapi ketahuilah, diamku bukan berarti aku baik-baik saja…

Aku hanya bisa diam,
Bersembunyi dibalik malam.
Saat matahari mulai tenggelam
dan dinginnya malam seolah menikam

Aku hanya bisa diam
ketika rindu mulai menggerogotiku
dan sepi mengkoyak pertahananku

Aku hanya bisa diam
ketika tau ada kebohongan diantara cinta kita
dan engkau adalah pengkhianatnya.

Aku hanya bisa diam
ketika mereka menghujatku
meneriakiku sebagai pecundang
karena terlanjur menyerahkan diri padamu

Aku hanya bisa diam
ketika engkau lebih memilih pergi
dan menyisakan luka yg tak dapat kuobati sendiri

Aku hanya bisa diam
ketika sadar betapa bodohnya aku
yang terus memilih diam ketika engkau sakiti

(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012) 

Senin, 20 Agustus 2012

Hari Terbaikmu, Ibu : Surat ketiga

Untuk : Ibu

Ibu, pernahkah engkau berpikir bahwa aku ini seperti tokoh-tokoh antagonis dalam
sinetron televisi yang durhaka pada orangtuanya?
Aku tau engkau tau mengapa aku menanyakan ini.
Iya, aku anakmu lupa pada hari terbaik dalam hidupmu - ulang tahunmu.
Maka maafkan aku,bu. Barangkali jutaan maaf tak cukup mampu gambarkan rasa bersalah ini padamu.
Berkali-kali maaf kulontarkan dari bibirku, tak henti-henti air mata kuloloskan dari pelupuk mataku.
Tapi rasa bersalah masih terus ada dan bersarang di hatiku.
Aku tau engkau kecewa, tapi pintu maaf selalu kau bukakan dengan ikhlas untukku.
Tahu kah,bu? Ke-tidak apa apa-anmu itu malah membuatku makin mengutuki diriku
Ibu, aku bertanya-tanya apakah yang menyusun hatimu itu.
Mungkin hanya tumpukan kasih sayang, jutaan doa dan rasa ikhlas yang tanpa batas.
Karena aku sama sekali tidak temukan ke egoisan disana.
Ah, ibu masih ingat waktu kecil jika ada yang bertanya apa cita-citaku, maka aku akan menjawab
"aku akan menjadi dokter".
Tapi tidak jika ditanyakan sekarang, karena aku akan menjawab "aku akan menjadi seorang Ibu seperti Ibuku"

Selamat ulang tahun Ibuku, Anna Agustiana-
Terbangkan doa-doamu dan akan kupastikan Tuhan mengabulkannya melalui hidupku.
Sama seperti ayah, aku belum bisa memberimu kado karena bagiku hadiah terindah di bumi tetap adalah kalian.

--- Jika suatu saat aku lupa padamu-pada kita, tampar aku dan ingatkan aku.
Karena lupa padamu adalah sebuah dosa besar yang amat sangat kusesali ---



Anakmu yang senantiasa mencintaimu,
Andra.

Lebih Dari Sekedar Ingin

Melihat canda tawamu aku sudah biasa
Mengagumi perjuanganmu aku sudah sering
Mendengar keluh kesahmu itu sudah makananku tiap hari
Tapi jarang kudapati melihat sisi terlukamu
Ah, sebagai orang yang kau sebut 'sahabat' aku merasa gagal.

Padahal aku ingin lebih sekedar ini,
Inginku ini lebih dari sekedar ingin
Tapi kau terlanjur membatasi kita dengan jarak
Jarak yang memang kasat mata namun terasa sangat nyata kurasakan

Jika kau memintaku berhenti untuk ingin,
maka aku akan berhenti.
Jika kau memintaku berhenti mengharapkan,
maka aku akan berhenti.
Tapi akan percuma jika kau memintaku berhenti melihatmu,
karena mataku ini sudah terpaku pada satu titik, kamu.

--- Dari dekat aku akan jadi seorang sahabat sebagaimana maumu
tapi dari kejauhan aku akan jadi seorang yang setia mengagumimu dengan caraku--



(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)

Cinta di Masa Lalu

Hai cintaku dimasa lalu.
Apa engkau tau?
Sekarang aku sudah bisa berdiri,
berdiri kokoh dengan kakiku sendiri.
Walaupun kadang jalanku masih tertatih,
tapi aku tidak akan berhenti mensyukuri.

Hai cintaku dimasa lalu.
Apa engkau sadar?
Jika aku tidak pernah menyalahkanmu,
Aku bahkan berterima kasih pada Tuhan-ku
yang pernah menggoreskanku di garis yang sama denganmu.

Hai cintaku dimasa lalu,
Apa engkau pernah berpikir?
Bahwa melupakanmu itu sulit,
Tapi akan lebih sulit jika aku terus mengenangmu.
Aku tidak peduli mana yang lebih sulit,
toh aku akan memilih mana yang membuatku tak lagi luka

Hai cintaku dimasa lalu,
Apa engkau mengerti?
Alasanku pergi menanamkan luka,
Karena aku telah lelah berpura-pura
dan aku kelak tak ingin mati dalam kepura-puraan

Selamat tinggal cintaku dimasa lalu,
Mari kita berbahagia dengan cara dan jalan kita masing-masing.
Tanpa kepura-puraan yang nantinya menyisihkan luka baru untuk kita.


--- Aku bersyukur pada Tuhan karena pernah menggoreskan kita pada satu garis yang sama. Tapi satu hal yang kusesali, adalah pernah mempertahankan kekitaan yang ujungnya kesakitan

(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)

Rabu, 01 Agustus 2012

Sebelum Serumit Ini, Kita Pernah Sesederhana Itu


Sayang, hubungan kita bukan seperti menggosok hadiah di bungkusan permen.
Yang kadang 'anda belum beruntung', kadang 'coba lagi' atau
kemungkinan 'anda berhasil' yang satu banding sejuta.
Dan seandainya kita sudah tau tidak berhasil maka kita akan membuangnya begitu saja?
Tidak, sayangnya kita tidak sesederhana itu sekarang.
Awalnya kita memang sederhana, tanpa status tanpa ikatan tanpa pengakuan saling memiliki.
Di satu waktu kita bisa saling memperhatikan tapi di waktu lain kita akan saling mengabaikan.
Kita bisa saling menuntut, tapi bisa saling tak peduli. Kita terima dan anggap itu sebuah keadilan.
Dan pada akhirnya hubungan sederhana ini sekarang menjadi sangat rumit sayang,
Lebih rumit dari kasus-kasus korupsi yang baru-baru ini melanda negara ini.
Lebih rumit dari perceraian para lakon dunia hiburan yang sedang marak.
Seiring dengan rasa aneh yang datang melanda kita masing-masing.
Rasa yang sering kita sebut 'Cemburu'
Sebagian orang menganggap cemburu bisa jadi senjata yang mampu memanaskan hubungan,
dengan begitu mereka menjadi merasa penting dan membutuhkan.
Sebagian lainnya menganggap cemburu bak sebuah peluru,
yang siap menembak dan menyekaratkan hubungan mereka kapan saja.

Sayang, sekarang putuskan.
Apakah kau akan menggandengku dan melalui jalan ini bersama?
Atau kau akan memilih pergi kelain arah yang tak akan kita lalui ujungnya bersama?

--- Apa perlu kita menjadi orang hebat yang menyelesaikan apa yang tidak sederhana sesingkat ini? atau menjadi orang hebat lain yang berpura-pura menganggap ini sama sekali tidak ada? ---


(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)