Minggu, 30 Desember 2012

Tak Lagi 'Aku dan Kamu'


Siapa yang benar-benar bisa memperkirakan kebahagiaan seseorang?
Semisal itu aku, akan kupastikan kitalah satu yang kubiarkan tetap utuh.
Tapi siapa pula yang benar-benar bisa memperkiraan datangnya perpisahan?
Yang kuharap itu bukan aku,
malah berbalik menyerangku dengan kehilangan.
Sayang, ia berhasil mengendus keberadaanku,
dan siap mencerai-berai kenangan kita.

Kehilangan memisahkan kita yang pernah merasa tak berbeda,
dan mempersatukan aku pada air mata yang seringkali jatuh tanpa sebab.
Sekarang, setelah sekian banyak pertanyaan kulontarkan
tak ada satupun penjelasan atau sekedar jawaban yang kau cecar dari bibirmu.
Sehingga aku kehilangan rasa untuk mencari dan terus mencari.
Kepastian menjadi bungkam,
harapanku pun ikut memudar
ketiadaanmu menjadi ngengah hampa
Aku menyerah....
Aku lelah memperjuangkan kita yang tak lagi 'Aku dan Kamu'




(Andra Sheilamona / Solo, Desember 2012)  

Kamis, 27 Desember 2012

Tak Sepadan

Yang aku takutkan, adalah bahkan di mimpiku aku tetap tak bisa memelukmu...


Aku menerka-nerka apa alasan dari gelak tawamu
yang kucuri dengar dari balik punggung seorang anak pembatas aku dan kamu..

Ah, seandainya bisa, aku lebih memilih sama sekali tak mengenalmu
dari pada mengenal namun tak memilikimu

Sebut aku ini egois,
Karena jika menyangkut kamu, semua logikaku ini lolos dari akalnya

Aku dan kamu..
Menatap senja itu yang seharusnya ada kita,
Bukan aku yang tenggelam atau kamu yang datang
Itu semua karena kita tak sepadan..

Hatimu dan jiwa yang ada didalamnya
Adalah peradaban yang sulit untuk dipahami bangunannya,
Sekalipun itu oleh aku..

Aku ingin jadi alasan,
Dibalik merekahnya senyum dari bibirmu
Menyeruaknya gelak tawamu dari pita suaramu
Atau bahkan mengalirnya tangis dari kedua matamu

Sampai kapan kamu akan menutup mata dan telinga
Menampik sebuah kenyataan bahwa kamu kucinta.
Sehebat apapun engkau bertahan dalam kepura-puraan
Tak akan sekalipun mematahkan niatku.

Padahal untuk mencintaimu, itu adalah hal yang mudah.
tapi untuk menjadi apa yang pantas kamu cintai, itulah hal yang sedang kuperjuangkan




(Andra Sheilamona / Solo, Desember 2012)  

Jumat, 23 November 2012

Jika Sampai Waktuku


Engkau tak perlu menanyakan kabar,
karena akan kupastikan bahwa cinta baik saja.
Ia masih kerap memperhatikanmu
sesekali melantunkan namamu,
Ia juga menyediakan lahan kosong untuk dirimu tempati.

Jangan..
Jangan bersembunyi,
karena waktuku ini tak banyak,
mungkin sudah terlalu lama kuhabiskan untuk berdiam diri.

Aku manusia biasa,
yang enggan kehilangan sebelum sempat memiliki, wajar.
Setidaknya dengan ini ada sedikit kebahagiaan
yang bisa kusimpan dan kujadikan bekalku kelak.

Maka,
sebelum nafas ini putus dan hilang hembusnya,
sebelum jiwa ini terbang dan bercerai dengan raganya..
Aku akan syukuri detik demi detik waktu untuk melihatmu dari kejauhan
Aku akan habiskan detik demi detik waktu untuk mendoakanmu lebih lama
Karena jika sampai waktuku, aku ingin kau tahu
bahwa aku pernah mencintaimu dalam keterbatasan waktu


(Andra Sheilamona / Solo, November 2012)  

Senin, 15 Oktober 2012

Hujan

Awan menggelayut di ufuk yg biasanya berwarna biru..
kian lama berjelaga menjingga.
Jangan mendung,
Jangan tenggelam dulu, matahari..
disini sedikit lagi, sebelum hujan datang bercerita

Hujan...
melalui tetes demi tetes air yang awan jatuhkan satu-satu dari tubuhnya
Dia pun mulai bercerita,
mengenai caranya turun untuk menenangkan bumi yg panas,
menumbuhkan segala yg mati dan memberi rasa nyaman dihati.
Rintik-rintik yang jatuh menghantam daratan, lalu hilang entah kemana
Hujan, dia adalah iringan hembus nafas alam nan sempurna
walau basah dan petir menyambar tapi percayalah..itu semua indah


(Andra Sheilamona / Solo, Oktober 2012)  

Minggu, 30 September 2012

Sudahi Sampai Disini

Syarat mencintai diam-diam, resiko mencintai tanpa dicintai.

Apakah engkau tak lelah
memerdekakan kepura-puraan yang tak lelah ku telaah.
Demi setumpuk harga diri
yang tak mungkin kau bawa mati.

"Sejatinya cinta adalah bermakna ganda yaitu mencintai dan dicintai
melebihkan apa yang kekurangan dan mengurangi apa yang kelebihan."

Bukan yang seperti ini,
yang kuikrarkan selama ini.
Aku yang semakin cinta
dan engkau yang semakin abai.

Engku adalah udara,
kubutuhkan dalam hidup
tapi enggan untuk kuhirup.
Engkau adalah sepotong sajak
yang kurangkai seorang diri
menggambarkan segala apa yang terlewat sepi.

Padahal aku ingin lebih sekedar ingin,
Tapi tatapanmu melucuti semua harapanku
Seolah berkata "Sudahi sampai ini.."
Apakah ini resiko dari mencintai tapi tanpa dicintai?


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012)  

Para Pengiba Doa Tuhan

Kala malam,
para pengiba mulai mengadahkan tangan
dalam sujud maupun berlutut,
lantunan doa mulai terdengar
dari bibir yang membiru
dan kecapan lidah yang kelu

Berterbanganlah takdir yang mentah itu
seolah tahu betul dimana singgasana Tuhan-mu,
menjelma dalam kalbu serupa debu
yang terhirup karena tak tahu

Doa itu, takdir mentah itu berhasil dituai
dan siap dipanen oleh para pengiba yang setia menunggu,
mematahkan segala pilu yang dahulu membelenggu

Berbahagialah para pengiba
karena Tuhan-mu memang benar mendengarmu.


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012)  

Jumat, 28 September 2012

Dalam Diam Aku Bercerita


Dalam diam, aku mencoba menterjemahkan
ratusan rasa yang tak terungkap kata
tangisan pilu yang tercekat dan terdengar ngilu
suka yan tersimpan pada selip-selipan luka
rindu yang tak mampu kuloloskan dalam laku
atau bahkan cinta yang tak kasat oleh mata

Rupanya, tak selamanya diam adalah mati
dengan diam aku menyulam berbait-bait doa  yang kerap kulantunkan kala malam
berlipat-lipat harap yang kusimpan rapat-rapat yang kelak bisa bersama kita ikat

Dengan diam,
aku menghidupkanmu melalui isyarat
yang aku hembuskan serupa deru nafas satu-satu
melalui linang air mata yang berjatuhan dari kawah-kawah mataku
melalui kabar yan kubisikan pada angin lalu disampaikan berupa angan.

Diam tidak berarti mati,
karena dalam diam aku bercerita pada Tuhan tentang aku dan kamu--kita yang tak akan pernah mati.


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) 



Kamis, 20 September 2012

Aku Berikrar Pada Harapan


--- Padamu kutanamkan harapan, yang nantinya bukan untuk kau jadikan tangisan..

Untuk kesekian kali aku berharap
pada hati yang telah kuikat dengan ribuan rasa
aku tahu dulu rasa ini muncul bertahap
menampik benci hingga sama sekali tak bersisa

tapi entah sejak kapan rasa ini menjadi kebal
seberapa kuat aku menyangkal
mereka tetap saja bebal

aku menerka-nerka apa yang kau perbuat
hingga rasa dihatiku ini makin melekat
dan akar harapan padamu makin menguat

aku tahu, aku hanya orang asing bagimu
yang seenaknya merangkai angan-angan indah tentangmu
tapi tidak bolehkah aku sedikit mendamba bahagia?
bahagia yang tidak akan kudapati di dunia nyata

kau tahu apa yang membuatku tetap bertahan?
karena aku telah berikrar untuk berpegang teguh pada harapan
harapan yang jauh hari aku tanam di ladang hatimu

aku masih menunggu..
menunggu tumbuhnya benih dari harap yang kupendam
akankah mereka menjadi bahagia yang kelak kugenggam
ataukah menjadi rasa yang hanya bisa bungkam?



(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) 

Kamis, 06 September 2012

Aku Terlambat Menyadari


--- Aku tidak menyesali kata pernah, aku menyesal belum sempat berkata pernah...

Semestinya, kita sempat untuk berbahagia
Terlepas dari ketidak tahuanmu, kita adalah bagian dari setitik harap
Yang tak sempat tumbuh dan mati sebelum disirami

Dari dalam diriku ini,
ada satu rasa yang terlambat menempatkan diri
Sehingga aku tak jua menyadari bahwa rasaku ini adalah apa yang selama ini kau cari
Lihatlah....Sekarang mereka menjelma menjadi benci
Benci, karena kau pergi sebelum aku menyadari...

Rasanya seperti kehilangan mainan yang dirampas paksa
sebelum aku selesai memainkannya
Seperti menulis sajak-sajak pada sesobek kertas
lalu terbakar hangus dimamah oleh jaman

Maka sebelum menghapus aku dalam ingatan,
Sebelum aku semakin memudar dan kita tak lagi aku dan kamu
Maka sebelum itu, berbaliklah...
Tengoklah kesini, pahami gerak bibirku dan dengar apa yang kubisikan
"....Aku pernah mencintaimu kemarin, begitupula hari ini dan esok hari...."


(Andra Sheilamona / Solo, September 2012) 

Senin, 27 Agustus 2012

Aku Hanya Bisa Diam

—Aku memang hanya diam. Tapi ketahuilah, diamku bukan berarti aku baik-baik saja…

Aku hanya bisa diam,
Bersembunyi dibalik malam.
Saat matahari mulai tenggelam
dan dinginnya malam seolah menikam

Aku hanya bisa diam
ketika rindu mulai menggerogotiku
dan sepi mengkoyak pertahananku

Aku hanya bisa diam
ketika tau ada kebohongan diantara cinta kita
dan engkau adalah pengkhianatnya.

Aku hanya bisa diam
ketika mereka menghujatku
meneriakiku sebagai pecundang
karena terlanjur menyerahkan diri padamu

Aku hanya bisa diam
ketika engkau lebih memilih pergi
dan menyisakan luka yg tak dapat kuobati sendiri

Aku hanya bisa diam
ketika sadar betapa bodohnya aku
yang terus memilih diam ketika engkau sakiti

(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012) 

Senin, 20 Agustus 2012

Hari Terbaikmu, Ibu : Surat ketiga

Untuk : Ibu

Ibu, pernahkah engkau berpikir bahwa aku ini seperti tokoh-tokoh antagonis dalam
sinetron televisi yang durhaka pada orangtuanya?
Aku tau engkau tau mengapa aku menanyakan ini.
Iya, aku anakmu lupa pada hari terbaik dalam hidupmu - ulang tahunmu.
Maka maafkan aku,bu. Barangkali jutaan maaf tak cukup mampu gambarkan rasa bersalah ini padamu.
Berkali-kali maaf kulontarkan dari bibirku, tak henti-henti air mata kuloloskan dari pelupuk mataku.
Tapi rasa bersalah masih terus ada dan bersarang di hatiku.
Aku tau engkau kecewa, tapi pintu maaf selalu kau bukakan dengan ikhlas untukku.
Tahu kah,bu? Ke-tidak apa apa-anmu itu malah membuatku makin mengutuki diriku
Ibu, aku bertanya-tanya apakah yang menyusun hatimu itu.
Mungkin hanya tumpukan kasih sayang, jutaan doa dan rasa ikhlas yang tanpa batas.
Karena aku sama sekali tidak temukan ke egoisan disana.
Ah, ibu masih ingat waktu kecil jika ada yang bertanya apa cita-citaku, maka aku akan menjawab
"aku akan menjadi dokter".
Tapi tidak jika ditanyakan sekarang, karena aku akan menjawab "aku akan menjadi seorang Ibu seperti Ibuku"

Selamat ulang tahun Ibuku, Anna Agustiana-
Terbangkan doa-doamu dan akan kupastikan Tuhan mengabulkannya melalui hidupku.
Sama seperti ayah, aku belum bisa memberimu kado karena bagiku hadiah terindah di bumi tetap adalah kalian.

--- Jika suatu saat aku lupa padamu-pada kita, tampar aku dan ingatkan aku.
Karena lupa padamu adalah sebuah dosa besar yang amat sangat kusesali ---



Anakmu yang senantiasa mencintaimu,
Andra.

Lebih Dari Sekedar Ingin

Melihat canda tawamu aku sudah biasa
Mengagumi perjuanganmu aku sudah sering
Mendengar keluh kesahmu itu sudah makananku tiap hari
Tapi jarang kudapati melihat sisi terlukamu
Ah, sebagai orang yang kau sebut 'sahabat' aku merasa gagal.

Padahal aku ingin lebih sekedar ini,
Inginku ini lebih dari sekedar ingin
Tapi kau terlanjur membatasi kita dengan jarak
Jarak yang memang kasat mata namun terasa sangat nyata kurasakan

Jika kau memintaku berhenti untuk ingin,
maka aku akan berhenti.
Jika kau memintaku berhenti mengharapkan,
maka aku akan berhenti.
Tapi akan percuma jika kau memintaku berhenti melihatmu,
karena mataku ini sudah terpaku pada satu titik, kamu.

--- Dari dekat aku akan jadi seorang sahabat sebagaimana maumu
tapi dari kejauhan aku akan jadi seorang yang setia mengagumimu dengan caraku--



(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)

Cinta di Masa Lalu

Hai cintaku dimasa lalu.
Apa engkau tau?
Sekarang aku sudah bisa berdiri,
berdiri kokoh dengan kakiku sendiri.
Walaupun kadang jalanku masih tertatih,
tapi aku tidak akan berhenti mensyukuri.

Hai cintaku dimasa lalu.
Apa engkau sadar?
Jika aku tidak pernah menyalahkanmu,
Aku bahkan berterima kasih pada Tuhan-ku
yang pernah menggoreskanku di garis yang sama denganmu.

Hai cintaku dimasa lalu,
Apa engkau pernah berpikir?
Bahwa melupakanmu itu sulit,
Tapi akan lebih sulit jika aku terus mengenangmu.
Aku tidak peduli mana yang lebih sulit,
toh aku akan memilih mana yang membuatku tak lagi luka

Hai cintaku dimasa lalu,
Apa engkau mengerti?
Alasanku pergi menanamkan luka,
Karena aku telah lelah berpura-pura
dan aku kelak tak ingin mati dalam kepura-puraan

Selamat tinggal cintaku dimasa lalu,
Mari kita berbahagia dengan cara dan jalan kita masing-masing.
Tanpa kepura-puraan yang nantinya menyisihkan luka baru untuk kita.


--- Aku bersyukur pada Tuhan karena pernah menggoreskan kita pada satu garis yang sama. Tapi satu hal yang kusesali, adalah pernah mempertahankan kekitaan yang ujungnya kesakitan

(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)

Rabu, 01 Agustus 2012

Sebelum Serumit Ini, Kita Pernah Sesederhana Itu


Sayang, hubungan kita bukan seperti menggosok hadiah di bungkusan permen.
Yang kadang 'anda belum beruntung', kadang 'coba lagi' atau
kemungkinan 'anda berhasil' yang satu banding sejuta.
Dan seandainya kita sudah tau tidak berhasil maka kita akan membuangnya begitu saja?
Tidak, sayangnya kita tidak sesederhana itu sekarang.
Awalnya kita memang sederhana, tanpa status tanpa ikatan tanpa pengakuan saling memiliki.
Di satu waktu kita bisa saling memperhatikan tapi di waktu lain kita akan saling mengabaikan.
Kita bisa saling menuntut, tapi bisa saling tak peduli. Kita terima dan anggap itu sebuah keadilan.
Dan pada akhirnya hubungan sederhana ini sekarang menjadi sangat rumit sayang,
Lebih rumit dari kasus-kasus korupsi yang baru-baru ini melanda negara ini.
Lebih rumit dari perceraian para lakon dunia hiburan yang sedang marak.
Seiring dengan rasa aneh yang datang melanda kita masing-masing.
Rasa yang sering kita sebut 'Cemburu'
Sebagian orang menganggap cemburu bisa jadi senjata yang mampu memanaskan hubungan,
dengan begitu mereka menjadi merasa penting dan membutuhkan.
Sebagian lainnya menganggap cemburu bak sebuah peluru,
yang siap menembak dan menyekaratkan hubungan mereka kapan saja.

Sayang, sekarang putuskan.
Apakah kau akan menggandengku dan melalui jalan ini bersama?
Atau kau akan memilih pergi kelain arah yang tak akan kita lalui ujungnya bersama?

--- Apa perlu kita menjadi orang hebat yang menyelesaikan apa yang tidak sederhana sesingkat ini? atau menjadi orang hebat lain yang berpura-pura menganggap ini sama sekali tidak ada? ---


(Andra Sheilamona / Solo, Agustus 2012)

Selasa, 24 Juli 2012

Harapanku Tetap Jadi Harapan Ibu : Surat kedua


Ibu, apa kabar?
Semoga kabarmu sebaik aku disini.
Ini surat kedua yang kutulis yang mungkin tidak akan sampai padamu. Aku memang sengaja menyimpannya dan masih mencari waktu terbaik untuk mu membacanya.
Ya, anggap ini sebuah dalih karena yang sebenarnya aku masih belum cukup berani mengutarakan surat ini, entah karena gengsi, malu atau bahkan takut.
Aku tidak sanggup bayangkan bagaimana reaksimu membaca semua suratku yang tak tersampaikan padamu bu.
Padahal aku tau, kau tidak akan murka ataupun menertawakan apa yang aku tulis.
Ibu, aku memang tidak pandai berkata-kata manis sekedar melegakan hatimu.
Aku memang masih belum cukup hebat dalam hal membahagiakanmu.
Dan aku memang tidak selalu bersikap baik saat menghabiskan waktu bersamamu.
Tapi aku akan selalu berusaha tersenyum bahagia di hadapmu, walau tak jarang tangis terselip dibaliknya tersunggingnya bibir ini.

Jangan khawatir bu, aku akan bahagia selama Ibu juga berbahagia, Memang terdengar sedikit klise, tapi percaya lah bu. Bahagiaku ada karena tumbuh diatas bahagiamu dan bahagiamu adalah tujuan akhir dari semua perjuanganku.Maka dari itu, tetaplah sehat dan tetaplah ada di jangkauan mataku sampai aku berhasil membahagiakanmu. Satu hal lagi bu, aku selalu menyisipkan pesan ini dalam suratku, tetaplah jadi tulang rusuk ayah hingga kejamnya maut merenggut.

Terima kasih, aku merindukanmu.
"Hingga detik ini  yang aku harapkan hanya agar kau selalu mengharapkanku menjadi harapanmu."

Anakmu yang sedang berjuang untukmu,
Andra


(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)

Senin, 23 Juli 2012

Sedingin Neraka


"Cinta tetap akan terlihat bodoh jika si lakon tak mampu menindaklanjutinya dengan benar, Sekalipun ia seorang jenius"


Aku ini memang orang yang pandai,
Tapi aku tahu kalau engkau tahu bahwa aku tidak pandai dalam berpura-pura.
Berpura-pura tidak mencintai lagi semisal.
Bila aku punya 4 tangan, akan kuacungkan ke-4 ibu jariku untukmu.
Itu bentuk penilaianku untuk kepura-puraanmu.
Engkau tahu, biasanya aku akan tetap memaksa untuk lebih tahu,
tapi kali ini aku akan diam dan meminta apa yang kau tahu.

Bisa engkau sejenak mengajariku? Berpura-pura sepertimu yang berhasil
berpura-pura tidak mencintaiku.
Bisa engkau sejenak mengajariku? Memalingkan wajah angkuh tiap kita beradu pandang.
Bisa engkau sejenak mengajariku? Bersikap dingin setiap kita bertegur sapa.

Ah, bagaimana bisa engkau begitu dingin?
Dingin, dingin sekali...
Sedingin neraka yang bahkan tak mampu kekecap dengan bertelanjang sekalipun.
Dingin yang mau merontokan tiap jangka tulangku, menggertakan gigi-gigiku,
dan meremangkan bulu romaku.
Dingin yang malah membuatku rindu, rindu akan dekapan hangatmu.

Apakah aku harus terus berjuang dalam kepura-puraan,
yang perlahan akan mengubahku menjadi penipu ulung.
Atau aku harus menjadi seorang sok tahu agar nantinya engkau bisa bangga padaku?

  (Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)

Kamis, 12 Juli 2012

Caraku Memandang 'Kebahagiaan'

Aku tidak menyesali sesal,
 karena hakikat sesal selalu mengekor kemana kesalahan melangkah.
Akupun tidak menyesali kesalahan,
karena kesalahan muasal dari kebahagiaan.
Tapi aku menyesali kebahagiaan,
karena bagiku bahagia hanya ekspetasi semu yang dengan sukses menipuku.

"Kebahagiaan bisa menyembuhkan segalanya, sekalipun itu luka terparahmu"
 itu yang kudengar dari mereka para pecinta yang berbahagia. Oleh sebab itu aku mulai mencari bahagia. Terus-terus hingga tanpa sadar aku menjadi gila dan munafik. Pernah satu hari kudapati bahagia, tapi hari-hari berikutnya ia hilang, entah termakan waktu atau memang aku yang telah tertipu. Seenaknya menawarkan bahagia tapi di jalan yang sama meninggalkan duka yang bahkan bahagia tidak mampu sembuhkannya. Dan dihari itu runtuh semua harapan, gambaran indah tentang 'bahagia' dan kutarik sebuah kesimpulan baru :

"Kebahagiaan hanya ekspetasi semu yang menjerumuskanmu
dan bila kau kehilangan itu seakan hilang pula nyawamu"
Persetan dengan cerita-cerita para pecinta palsu, aku sudah terlalu buta untuk memulai
dan mencari kebahagiaan. Tapi sejujurnya, aku masih menyimpan sedikit harapan
pada siapapun yang mampu merubah pemikiran ini
.

(Andra Sheilamona/ Solo, Juli 2012)

Rabu, 11 Juli 2012

Aku Mati Terkoyak Sepi

Senyuman memilukan
Tatapan kosong tak terarahkan
Tawa hambar menyuarakan
Tiada henti tersajikan
Seakan lelah dengan kepura-puraan

Sejenak kubuka topeng ini
Dan mulai berkaca..
Sejak kapan kumiliki wajah penuh derita ini?
Aku bertanya kenapa,
Ah tahuku semua jawabnya
Aku telah mati terkoyak sepi rupanya..

Menanggalkan semua tekatku yang dulu
Memilih sepi sebagai selimut paling abadi
Dengan dalih agar rindu terobati
Tanpa sadari kemunafikan menelanku perlahan
Hinggaku tenggelam, terlalu dalam

Ah, aku lelah dengan sepi
Kudapati kesia-siaan di semua usaha ini
Ya, karena memang aku benci untuk sendiri..




(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)

Minggu, 01 Juli 2012

Aku Memeluk Ayah Melalui Doa : Surat Kedua.

: Ayah

Assalamualaikum Ayah,
Apa kabarmu yah? Semoga engkau baik-baik saja.
Oh ya,di surat yang lalu aku sudah mengutarakan kerinduanku padamu tapi tidak untuk surat ini, bukan berarti aku tidak merindukanmu yah. Aku masih tetap rindu dan mencintaimu ditiap hembus nafasku.

Ayah mungkin tau aku bukan tipe orang yang pandai berbasa-basi.
Ya, memang bukan ketidaksengajaan yang mendasariku menulis surat ini.
Ingat bagaimana Ayah terlahir di bumi ini 49 tahun yang lalu?
Ingat bagaimana hangat dekapan nenek saat pertama kali Ayah menatap dunia?
Ingat bagaimana merdu azan yang kakek bisikkan ke telinga kanan Ayah?
Aku tidak bisa bayangkan betapa bahagia dan berartinya momen itu.

Ayah..
Engkau jangan heran bagaimana aku tau semua itu.
Nenek, ya nenek lah pelaku yang dengan bangga menceritakan bagaimana jagoan kecilnya terlahir. Banyak hal yang belum bisa kita bincangkan. Selain masalah jarak dan waktu, ada gengsi yang masih jadi dinding penghalang. Aku ingin sekali menghancurkan dinding itu, dan barangkali dengan surat ini bisa merobohkannya atau setidaknya sedikit menggoyahkannya.

Yah, hampir setengah abad kau melihat indahnya dunia, tapi itu tidak berarti apa-apa bagiku selama aku belum bisa jadi harapan yang kau harapkan. Jadi, tetaplah hidup hingga setengah abad lagi atau setidaknya hingga kau menimang cucu-cucumu. Janga biarkan cucu-cucumu tumbuh tanpa mengenal hangatnya kasih sayang seorang kakek.

Dan yang terakhir dan teramat penting, tetaplah sayangi Ibu dan lindungi Beliau hingga kejamnya maut memisahkan kalian berdua. Berikan aku disini sedikit doa, dan aku akan berjuang menjadi apa yang akan membahagiakan kalian.

Hingga detik ini masih sangat bangga membanggakanmu,
Selamat ulang tahun Ayah, terbangkanlah doa dan harapanmu dan biarkan Tuhan menjatuhkan pengabulannya pada hidupku. Maaf jika hanya ini yang bisa kuhadiahkan, bagaimana aku bisa memberi engkau kado bila hadiah terbaik dibumi adalah engkau.

Wassalamualaikum.

Anakmu yang sedang berjuang menjadi harapanmu

Andra.


(Andra Sheilamona / Solo, Juli 2012)

Selasa, 19 Juni 2012

Muasal Segala Penawar Duka Adalah Kalian, Teman.


Pernah diri ini merasakan  sedih.
Pernah diri ini berada di titik terperih.
Pernah pula diri ini merasa tersisih.
Ya, sedih, perih dan tersisih
itu semua wajar.

Aku terus mencari bahagia untuk sembuhkan semua duka.
Aku menjadi munafik dengan memuja kebahagiaan,

Seolah berdalih dari semua kesedihan.
Sampai akhirnya aku terjebak,
dalam gelap gulitanya kehidupan .
Semua cahaya meredup,

Semua jalan tertutup
Tubuhku pun ikut gugup,

Seiring dengan jantungku yang tak henti berdegup.

Disaat itu kalian menarikku,

Dari semua kekosongan.
Dari kelamnya kehidupan.
Dari kawah kesendirian.
Dan dari lautan kesedihan.

Ya, itu adalah kalian, teman.
Kalian teman yang selalu menyambutku
Dengan senyum manis tersungging dibibir
Dengan uluran tangan yang tak segan menggengam
Dengan lengan terbuka yang siap memeluk dan menuntun

Adanya kalian menggenapkanku yang ganjil,
Adanya kalian mewarnaiku yang putih abu-abu
Adanya kalian mengisi semua kekosonganku
Adanya kalian memang ditakdirkan Tuhan untukku.


Tuhan boleh beriku duka, tapi Ia juga berikan orang-orang terbaik disekitarku
mereka adalah teman.

" Tulisan ini aku dedikasikan untuk teman-teman,
khususnya anak-anak XI IPA 4. Maaf karena hanya ini yang bisa ku persembahkan untuk kalian.
Bagaimana aku bisa memberi kalian kado terbaik, jika kalian sendiri adalah hadiah terindah di bumi?
Guys, thanks for being a part of my life. I love You all. -- Andra Sheilamona."


  • Friendship isn't a big thing - it's a million little things.  - Author Unknown
  • A real friend is someone who would feel loss if you jumped on a train, or in front of one.- Unknown
  • The friend is the man who knows all about you, and still likes you.  - Elbert Hubbard 

  • Teman adalah bentuk kebahagian sederhana dari Tuhan yang tak henti kusyukuri. - Andra Sheilamona
  • Teman  adalah kebutuhanmu  menjawab. Dia adalah bidang anda yang kau tabur dengan cinta dan menuai dengan ucapan syukur. Dan dia adalah forummu dan kau api unggun. Bagimu datang padanya dengan rasa laparmu, dan kau mencari Dia untuk perdamaian - Kahlil Gibran


(Andra Sheilamona / Solo, Juni  2012)

Rabu, 13 Juni 2012

Aku Dan Kamu, Adalah Kita Yang Terhalang Oleh Dia


Jangan mencari-cari siapa diantara Kita yang paling banyak berjuang, tapi lihat seberapa besar apa yang telah Kita perjuangkan.
Karena ini bukan tentang mereka, ini tentang Aku, Kamu dan Kita yang semestinya.

  • Aku adalah logika yang dikalahkan ketiadaanmu.
  •  Aku - dulu orang yang paling sering kau cari, sekarang orang yang kerap kali kau hindari
  • Aku - memaksa kan ingatan mengenang dengan berbagai kontroversi tulisanku tentangmu
  • Aku - tangis pilu yang bersembunyi dibalik senyum bahagia.
  • Aku - orang bodoh yang terus merindukan kebodohanmu
  •  Aku payah, dihadapmu aku tak berdaya dan hilang upaya
  • Kamu - tidak ada dijangkauan mata tapi menetap di ulu hati terdalam
  • Kamu - ingatan yang muncul tiba-tiba tanpa alasan
  • Kamu - kenyataan indah yang belum dapat kusanding
  • Kamu - perasaan yang belum tuntas dan kemungkinan akan bertahan
  • Kamu - satu tunggal yang kubiarkan tetap tinggal
  • Selama Itu Kamu Aku merana saat merindu
  • Selama Itu Kamu aku lebih memilih kehilangan pegangan daripada kehilangan kenangan
  • Selama Itu Kamu aku tak pernah mendustai kehilangan, benci dan rindu.
  • Selama Itu Kamu semua rasa akan kupendam dan kusisakan rindu untuk kugenggam

Sabtu, 02 Juni 2012

Temanku - Kahlil Gibran. (For you guys XI IPA 4)


Temanku, aku tidak seperti yang terlihat
Yang terlihat adalah pakaian yang kukenakan
Pakaian dengan tenunan indah yang melindungiku
dari pertanyaan-pertanyaanmu
dan kamu dari pengabaianku
‘Aku’ dalam diriku, temanku, tinggal dalam rumah
kesunyian, dan di dalamnya tidak dapat didekati
Aku tidak akan memintamu percaya pada
kata-kataku atau apa yang kulakukan
Karena kata-kataku adalah pikiranmu sendiri dalam
kata-kata dan perbuatanku adalah
harapanmu yang terwujud
Ketika kau berkata, “Angin berhembus ke timur,”
Aku berkata, “Ya, angin bertiup ke timur,”
Karena aku tidak akan memintamu bahwa
pikiranku tidak berada dalam angin
melainkan di lautan
Kau tidak dapat mengerti pikiran lautku
Aku juga tidak akan memintamu untuk mengerti
Aku akan berada di laut sendirian
Ketika siang bersamamu, kawan, bagiku itu malam
Bahkan ketika aku berbicara tentang
pasang yang menari di atas bukit dan
bayangan ungu yang mencuri jalannya
menyeberang lembah
Karena kau tidak dapat mendengar
nyanyian dari kegelapanku atau
melihat sayap-sayapku mengepak menentang bintang
Dan aku tidak akan memintamu
untuk mendengar atau melihat
Aku akan berada dalam malam sendrian
Ketika kau naik menuju Surgamu
Aku turun ke Nerakaku
Bahkan ketika kau memanggilku
melalui teluk tak berjembatan
“Temanku, kawanku”
Dan aku memanggilmu kembali
“Kawanku, temanku”
Karena aku tidak akan memintamu
untuk melihat Nerakaku
Apinya akan membakar penglihatanmu
Medan asapnya akan merambat ke lubang hidungmu
Dan aku terlalu mencintai Nerakaku
untuk membiarkanmu mengunjunginya
Aku akan berada di nerakaku sendirian
Kau mencintai Kebenaran dan Keindahan dan Ketepatan
Dan aku demi kau berkata bahwa
itu baik untuk mencintai hal-hal itu
Tetapi dalam hatiku aku menertawakan cintamu
Tetapi aku tidak akan memintamu
untuk melihat tawaku
Aku akan tertawa sendirian
Temanku, kau bukan temanku
Tetapi bagaimana aku membuatmu mengerti?
Jalanku bukan jalanmu
Namun kita berjalan bersama
Bergandengan tangan

Rabu, 30 Mei 2012

Sepucuk Surat Rindu Untuk Ayah : Surat Pertama


Ayah,
Bagaimana kabarmu yah?  Aku harap kau selalu baik.
Sudah lama kita tidak bertemu, tapi kita urung jua untuk bertukar kabar.
Maafkan aku yah, untuk kelancanganku.
Terlepas dari semua ketegangan kita,
Sebenarnya aku rindu tapi aku malu.
Kerinduanku ini bertumpuk karena tak segera ku sampaikan padamu.
Kau tahu? Ternyata menyimpan rindu itu tidak semudah membalik halaman buku.
Ayah, kita memang tidak dekat dalam jarak maupun hubungan.
Kita memang tidak seharmonis "ayah-anak" pada umumnya.
Kita memang tidak memiliki kenangan semanis kenangan ku bersama Ibu.
Tetapi kenangan tetaplah kenangan,
Akan ada masa dimana aku rindu kenangan itu.
Seperti kemarin, hari ini dan bahkan detik ini.
Aku rindukan sorot matamu yang tajam.
Aku rindu bibirmu yang membentuk garis lurus tanpa makna.
Aku rindu topeng dingin yang selalu kau kenakan.
Ayah, aku yakin dibalik topeng dingin yang kau kenakan itu,
Ada sepasang mata yang memandang dengan sendu.
Ada seutas senyum ikhlas yang tak akan putus bahkan oleh tajamnya luka.
Rinduku padamu mungkin tak sebanding dengan rinduku pada Ibu,
Tapi kekagumanku padamu bisa jadi tak tertanding.
Untuk yang terakhir kalinya,
Maafkan aku Ayah, aku merindukanmu.


Anakmu yang selalu membanggakanmu,
Andra.


"Ayah keharmonisan kita memang tak mulus, tapi doa tulusku padamu tak akan pernah putus"


(Andra Sheilamona / Solo, 2012)

Selasa, 29 Mei 2012

Kisah Ibu tentang Rindu


Kota Malang di pagi hari..
Udara dingin menusuk tulang menciptakan kabut tebal penghalang pandang.
Pagi ini waktuku pulang, kembali ke kehidupan dan aktivitasku di Solo.
Pagi ini aku akan tinggalkan Ibu dan para saudara laki-lakiku.
Pagi ini aku akan mulai lagi petualangan rinduku.
Di tangan kanan sudah kugenggam satu tiket bus yang akan membawaku kembali.
Sedangkan tangan kiriku penuh dengan koper berisi pakain yang sudah di benahi ibu.
Jarum jam menunjukan pukul 7 dan aku siap meninggalkan kota ini dan semua kenangan manis kemarin.
Helaan nafas panjang mengiringi khayalku tentang kebahagiaan kecil yang kami cipta kemarin.
Aku pasti akan rindu gelak tawa Ibu, sendau gurau saudara-saudarku.
Bagaimana bisa kau meninggalkan apa yang sudah membuatmu begitu nyaman?
Bagaimana bisa kau melepaskan genggaman Ibu lalu perlahan menggantinya dengan lambaian?
"Nak.." Suara Ibu membuyarkan semua lamunan indahku..
"Nak, kenapa buru-buru banget? Bus berangkat masih jam 9 kan?"
"Iya bu, Aku nunggu di terminal aja. Aku nggak mau lebih lama sama Ibu, nanti aku jadi sulit pisahnya"
Mendengar  jawabanku Ibu cuma tersenyum. Aku heran dan balik bertanya,
"Kenapa Ibu masih bisa tersenyum semanis itu di detik-detik perpisahan kita? Ibu nggak sedih aku pergi?"
Dengan senyum manis dan sekarang ditambah bulir alir mata beliau menjawab
"Aku terus rindu dan percaya itu pasti akan terbayar, seperti sekarang.  Buktinya kemarin kita sudah buat banyak cerita indah untuk lengkapi bahagia kita nak"
Rasanya aku seperti memenangkan lotre berhadiah ratusan juta mendengar pernyataan Ibu.
"Ah, Jadi ini senjata rahasia Ibu mengatasi rindu sama Ayah?"
"Bukan cuma sama Ayah, tapi juga sama anak perempuan Ibu satu-satunya ini"
Jawab beliau sambil memelukku. Ya, pelukkan terakhir yang akan aku simpan kehangatannya untuk bekal-ku pulang.
"Terima Kasih Ibu, tentang kisah rindu dan rahasia mengatasinya. Sekarang aku akan menahan rindu dalam senyuman, dan  membalaskannya dalam pelukan."
Seiring dengan terlepasnya pelukkan Ibu, aku meninggalkan kota ini.
 Kehidupanku sebelumnya sudah menantiku di Solo.
"Selamat tinggal Ibu, Aku akan rindu masa-masa bahagia bersama seperti hari ini dan hari kemarin.
Ibu tunggu aku kembali membawa kebahagiaan lain yang  kujanjikan padamu"


...Aku menanggalkan senyuman saat rindu, tetapi Ibu terus mengenakan senyuman yang sama walau rindu. Aku pun bertanya mengapa, dan sambil tersenyum ibu menjawab : aku terus rindu dan percaya itu pasti akan terbayar, seperti sekarang
Dan itulah alasanku tetap menyimpan rinduku dalam senyuman....



(Andra Sheilamona / Malang , 2012)

Mataku Menggenang Saat Mengenang.


"Para penyair adalah orang-orang yang tak bahagia, karena setinggi apapun jiwa mereka menjulang, akan tetap terbelenggu dalam airmata yang menggenang."
- Kahlil Gibran


..Sayang, perpisahan kita bukan akhir dari segalanya dan ini juga bukan alasan sebuah awal kehancuran. Jangan, jangan mulai lupakan aku dan semua kenangan kita.
Kenang aku dan simpan kenangan kita maka kau akan tau cara ku mensyukuri kehilangan...


  • Saat mengenang entah mengapa mataku menggenang, seperti tak tenang..
  • -Ada banyak nama yang sulit kuingat setiap saat, namun ada satu yang tak mungkin kulupa -- kamu.
  • -Aku -- memaksa kan ingatan mengenang dengan berbagai kontroversi tulisanku tentangmu.
  • Berbeda dengan kopi yang melarutkan gula tapi tetap tak manis. makin aku menegenangmu tangispun bisa jadi semakin manis.
  • Jangan kubur aku dan kenangan kita terlalu jauh dari hatimu, agar sewaktu-waktu kau bisa berziarah semaumu
  • Tenangku adalah saat aku pulang dan telah menyimpan kenangan kita untuk bekal perjalananku.
  • Bagaiman nasib ingatanku, jika mereka tak mampu memutar ulang rekaman kenangan kita?
  • Ingatanku mulai mahir, mengenang apa yang tak lagi hadir..
  • Selain menandaimu, ingatanku juga menggandakanmu.
  • Ingatanku mengurungmu sebagai satu tunggal yg tetap tinggal. Ingatanmu mengurangiku seolah aku satu yg harus terhilang.
  • Kenang aku saat kau terjaga, dan mimpikan aku saat lelah menyapa mata.
  • Mungkin soal 'melupakan-kita' kau lebih ahli, tapi soal 'mengingat-kita' aku bisa jadi lebih mahir..
  • Aku hanya mengumpulkan anggan, bukan menggumpulkan serpihan kenangan-
  • Izinkan aku menulis bait-bait lagu agar kau bisa mengenangku. Izinkan aku mencipta sajak indah agar kau tak resah
  • Mengenangmu itu prinsip, merindukanmu itu harga mati -
  • Biarkan mereka mengenangmu secara wajar, tapi perkenankan aku mengenangmu dalam ketidakwajaran yang logis.
  • Sebab kenangan akan selalu terasa manis jika kau selingi dengan tangis




...Sayang, Aku tidak gagal untuk melepasmu, aku hanya gagal untuk tidak mengingatmu, ini sederhana. Kau boleh memulai melupakanku jika kau mau, dan kau boleh pergi menjauh. Tapi jangan paksa aku melupakanmu dan bunuh kenangan kita. Sayang, tetaplah berkilau walau untuk kelain hati..


(Andra Sheilamona / Solo, 2012 )

Rabu, 23 Mei 2012

Untuk Hati Yang Diam

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sadang marah karena kau tidak juga hilang dalam ingatan.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang sibuk menyusun sendiri puntung kenangan yg dulu kita pungut berdua.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang mengukir semua indah ataupun buruk kenangan kita dalam ingatan.

Untuk hati yang diam,
Apa kamu tau aku sedang apa? 
Aku sedang lapar, karena kita tak lagi saling menyuapi rindu yg sama-sama kita biarkan beku.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa? 
Aku sedang membungkus air mata agar kelak saat mengenangmu aku bisa tersenyum tanpa menangis.

Untuk hati yang diam,
Apa kau tau aku sedang apa?
Aku sedang berperang dengan lelah yang selalu menuntut saat aku menunggu dan merindumu.

Untuk hati yang diam,
Mataku terpaku melihatmu, lidahku kelu seolah beku, tubuhku kaku dalam laku.
Semua itu saat kita bertemu..

Kita tak akan pernah tau, karena kita tak saling rindu.
Dan kau tak akan pernah tau, karena hanya aku yang merindu-mu.


(Andra Sheilamona / Solo, 2012)

Minggu, 20 Mei 2012

Untuk kesekian kali, Aku Benci Mengaku Merindu-mu


Kalian kenal Rindu? Mereka manis saat saling membutuhkan dan pahit saat satu pihak mengabaikan --

  • Rindu bisa saja membuatku bergelimang luka atau bahkan banjir air mata.Tapi entah sejak kapan itu semua begitu nyaman .
  • Sajakku tak seirama, apa mungkin rinduku tak lagi kau terima?
  • Rindu, karena denyut nadiku engaku mengalir. Oleh sebaris puisi engaku terus terlahir.
  • Aku sudah coba bunuh semua rasa, tapi rindu tetap saja ada.
  • Seperti menambah luka dalam ingatan, kau menanam rindu karena senyuman.
  • Ada berbait-bait rindu untukmu yang masih kusimpan rapat-rapat
  • Angin menemuiku setiap pagi, hanya membawa pesan yang sama dari mu-Rindukan aku.
  • Rindu adalah resah yang tak wajar, cemas yang tak tertakar dan di dadaku ia terdampar.
  • Sebelum mata terpejam, aku ingin rindu ini teredam.
  • Aku belajar mematikan rasa, sekedar mengubah perihnya rindu supaya tak terasa.
  • Aku belajar mensejajarkan rindu dengan pilu, sekarang didadaku keduanya saling berseteru.
  • Aku belajar memahami apa yang nampak dan terasa semisal debar. Dan apa yang kasat tak tertangkap indra semisal rindu.
  • Aku belajar darimu. Tentang rindu yang tak berujung, debar yang tak terdengar, asa yang tak biasa.
  • Jika hidupku bukan untuk merindukanmu lagi, maka akan murunglah umur-umurku esok hari.

Solo, 2012

Jumat, 18 Mei 2012

Kusudahi Luka, Kumakamkan Duka

Dimasa itu, aku masih berdiri.
Berdiri dititik yang sama di masa-masaku yang lalu.
Titik yang sengaja kupilih
agar kubisa mendengarmu walau lirih.
Dimasa itu, aku terluka.
Aku tak tau bagaimana sudahi duka.

Sampai akhirnya aku sampai di masa jemu,
jemu untuk sekedar memujamu.
Kapankah aku bisa maju bila yang kutemui hanya jalan buntu?
Kapankah aku bisa bahagia bila yang kulakukan hanya menunggumu?

Jiwaku muak
Hatiku berontak
Tabahku menguat
dan langkahku padamu melambat.

Akhirnya aku memilih berputar arah
menjauhimu agar ku tak lagi terluka parah
Ini adalah waktuku sudahi luka
dan makamkan duka.

--Aku hanya menjauhimu dan memendam kenangan, tanpa ada niatan abaikanmu dan melupakan--

Aku Hilang Asa

Anggur yang manis,

tapi memabukkan.

Bagi jiwa yang penuh harap

tanpa ada asa..

Asa yang menunjukan dunia

Dunia nyata yang indah

Namun asa itu hilang

Bersama kau yang hilang dariku

Membawa semua yang aku damba

Tanpa salam,

Tanpa kata perpisahan

dan hanya tinggalkan kenangan

yang begitu indah dan dalam  terukir di dada.


                                                         Perajut Aksara :  Rino Ummi

Rabu, 16 Mei 2012

Pagi Indah Berawal Darimu.

Kilauan matahari membangunkanku..
Menyeret paksa mimpi-mimpiku yang lama mati.
Lagi, pagi ini aku terbangun dalam keadaan merindukanmu.
Saat sinar mentari masih malu-malu menampakkan kilaunya,
kau sudah berlari-lari lincah di dalam kepalaku.
Membawaku teringat kenangan lalu.

Canda tawa yang kau urai.
Cerita manis yang kau tulis.
Ucapan indah yang kau lontarkan.
Semua itu terpahat rapi di ingatanku.
Aku merindumu, aku mengingatmu dan aku mengenang masa kita.
Masa dimana aku menjadi aku dalam segala-mu dan kamu menjadi kamu dalam segala-ku

Selasa, 15 Mei 2012

Setangkai Mawar - Indah menampar, Perih tak tertawar

Ingatkah kau 
pada setangkai mawar yang kau akui sebagai pengawal hubungan kita..?
harum, indahnya nyata..

Setangkai mawar
yang membuatku terus nyaman dengan luka
Setangkai mawar,
yang membuatku sulit memahami duka
Setangkai mawar pula,
yang membuatku manangisi kenangan yang dulu kita suka..

Hakikatnya mawar :
Menggambarkan indah yang menampar, tapi sekali duri meluka perihnya pun tak tertawar..

 

Kamis, 10 Mei 2012

Jarak Terjauhku Tuk Temuimu, Kusebut Rindu.


Kalian kenal Rindu? Mereka manis saat saling membutuhkan dan pahit saat satu pihak mengabaikan --

  • Saat hati tak menentu, yang kutau pasti itu sebab rindu yang menggebu.
  • Rindu yang mendasar tak mungkin salah sasar,tepat di hatinya ia akan mengakar..
  • Jika merindukanmu saja aku tak kenal ampun, maka mencintaimu bisa kusebut pantang menyerah. Begitu kah?
  • Aku tak mengada-ada tentang rinduku yang berpangkat ganda atau bahkan tak terhingga.
  • Abaikan apa yang dituturkan mulut yang berseru, disini kita mendengar percakapan antara hati dan rindu yang berseteru.
  • Aku ingin kau sesekali menyambangi rindu, agar kau bisa dengar namamu dilantunkannya dengan suara merdu.
  • Hatiku nelangsa, sejenak aku tak kuasa mengatahui rinduku yang tak kunjung bersisa.
  • Rindu itu eksistensi yang ambigu, nyata tapi membuatmu terbelenggu
  • Barangkali dengan mengjariku rindu yang ambigu, kau bisa melatihku untuk tak meragu.
  • Rindu itu seperti menyambangi rumahmu, saat ku ketuk pintunya kuharap kau menyambutku dengan senyum dibibir ranummu.
  • Rindu itu penjabaran tersulit antara hasrat dan ingatan, yang pasti berbelit-belit
  • Bukankah 'rindu' hanya kata sederhana yang tak harus tersirat sempurna,namun luar biasa bermakna.
  • Barangkali memang tak ada ragaku di batas pandangmu, tapi bukankah rinduku masih tetap memelukmu erat?
  • Rindu tak pernah beranjak, walau ia tak henti dibekap waktu yang malas dan menganak.
  • Melarutnya malam dan langit menghitam jelaga, membuat rindu yg bersemayam tak mungkin lagi terjaga.
  • Akhirnya aku sampai di titik jemu, dimana rindu menari dengan hasrat yg ingin bertemu.
  • Kau mendongengkan sepi pada rindu bak belati yang tak henti menyayati luka pada hati.
  • Esok adalah tentang bagaimana caraku merindukanmu lebih dari kemarin.

Selasa, 08 Mei 2012

Sepenggal Kisah

Awalnya nggak ada niatan buat bikin blog, karena mayoritas para blogger ngisi blog mereka dengan cerita atau puisi. Yah, sadar sih saya nggak pandai buat ''telling story'' bahkan nggak cukup mampu menyusun kata - kata indah dengan bikin puisi. Saya lebih suka ngungkapin kisah saya lewat eem apaya, mungkin sepotong sajak atau syair, maybe?  I dont know what 'this' called. Em sebut saja 'rangkaian kata'..pfft, rada absurd memang, tapi ya sudahlah. Semua kata yang saya rangkai, sebagian terinspirasi dari pengalaman pribadi, dari dia yang telah mengajarkan saya bahagia dan luka dalam waktu yang bersamaan. Saya tidak benci ataupun dendam, saya malah berterimakasih atas apa yang telah dia berikan walau kadang kebahagiannya tak sebanding dengan lukanya. "Cinta itu bukan pembodohan, cinta itu pembelajaran" itu yang saya terapkan. Saat itu masih belum banyak pengalaman, istilahnya dia itu "first love" saya. Awal kisah, kami adalah sepasang kekasih normal,bahagia, layaknya pasangan lain. 3 bulan pertama hubungan mulai renggang, saya dilanda rindu berkepanjangan karena jarang ketemu, padahal kami nggak LDR tapi entah kenapa dia jarang ngajak ketemu atau sekedar telfon, saya nggak mau banyak nuntut makanya saya biarkan . Jalan 4 bulan, ada beberapa orang bilang kalau  he has affair with the other girl, saya nggak tau harus percaya atau nggak, saya hanya bisa diam dan menangis..ya memang cengeng tapi hanya itu yang bisa saya lakukan. Akhirnya kami berakhir dengan dia sebagai pihak pemutus, teman-teman saya menyalahkan saya karena tidak memutuskan dia duluan. Saat itu saya berpikir ini bisa diperbaiki, ternyata dia tidak berpikir demikian. Setelah perpisahan itu saya mengalami sindrom 'hard to forget' atau anak-anak ramaja bilang 'susah move-on'. Di hari-hari sulit itulah awal dari banyaknya rangkain kata yang terlahir. Terlepas dari itu, saya bukan menyebut diri saya 'korban tikungan', saya lebih memilih menyebut diri saya 'pihak yang tidak tau'.. 'Till now, I dont think that I was forget him,because I wont forget him, I Just keep him in deepen my heart.